Oleh. PP LAFKI
Pagi yang cerah di Bursa, tanggal 1 Oktober 2024, delegasi LAFKI (Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia) memulai hari dengan sarapan di hotel yang telah mengiringi perjalanan mereka sejak meninggalkan Cappadocia. Setelah kenyang menikmati hidangan khas Turkiye, perjalanan spiritual mereka dimulai dengan kunjungan ke makam dua tokoh besar dalam sejarah Kekaisaran Ottoman: Osman Gazi dan Orhan Gazi. Kunjungan ini bukan hanya sekedar wisata sejarah, tetapi sebuah perjalanan menyelami kebijaksanaan dan warisan yang ditinggalkan oleh para pendiri Kekaisaran Ottoman.
Ziarah ke Makam Osman dan Orhan Gazi: Jejak Awal Kebesaran Ottoman
Makam Osman Gazi, pendiri Kekaisaran Ottoman, terletak di sebuah bukit yang menghadap pemandangan menawan kota Bursa. Tempat ini tidak hanya berfungsi sebagai simbol kejayaan masa lalu, tetapi juga sebagai pengingat akan visi besar Osman I yang mendirikan dinasti yang kelak akan menguasai sebagian besar Eropa, Asia, dan Afrika Utara. Bersama-sama, delegasi LAFKI menundukkan kepala dalam keheningan, merenungi perjalanan panjang Kekaisaran Ottoman yang dimulai dari tanah Anatolia ini.
Tidak jauh dari makam Osman, terdapat makam putranya, Orhan Gazi, penerus tahta yang melanjutkan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayah Ottoman ke Eropa. Saat melihat makam kedua sultan ini, delegasi LAFKI diingatkan akan pentingnya kontinuitas dan penerusan nilai-nilai luhur dalam setiap organisasi, sama seperti bagaimana Orhan Gazi mewarisi semangat perjuangan ayahnya.
Setelah ziarah ini, delegasi LAFKI menyadari bahwa kepemimpinan yang baik tidak hanya memikirkan masa kini, tetapi juga menyiapkan fondasi yang kuat untuk generasi penerus. Seperti Osman Gazi yang membangun pondasi bagi Kekaisaran Ottoman, LAFKI juga tengah menyiapkan fondasi kuat bagi masa depan sistem kesehatan Indonesia melalui akreditasi dan peningkatan standar layanan kesehatan.
Grand Mosque: Simbol Keagungan dan Janji Sultan Bayezid
Perjalanan delegasi LAFKI berlanjut ke Grand Mosque (Ulu Camii), masjid terbesar di Bursa yang dibangun pada masa Sultan Bayezid I. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga sebuah monumen yang menyimpan sejarah dan janji besar dari sang sultan. Setelah memenangkan pertempuran penting dalam sejarah Ottoman, Sultan Bayezid I berjanji untuk membangun 20 masjid sebagai rasa syukur atas kemenangannya. Namun, karena berbagai tantangan yang dihadapi, ia memutuskan untuk membangun satu masjid besar dengan 20 kubah, yang mewakili niat awalnya untuk mendirikan 20 masjid.
Masjid yang megah ini menjadi saksi dari kekuatan iman dan kebesaran hati Sultan Bayezid I. Saat melangkah ke dalam, delegasi LAFKI disambut oleh arsitektur yang mengagumkan—kubah-kubah besar yang menggambarkan langit, tiang-tiang kokoh yang seperti menahan beban sejarah, dan suasana spiritual yang menenangkan hati. Masjid ini, dengan kesederhanaannya yang megah, mengingatkan akan ketulusan janji seorang pemimpin untuk menunaikan tanggung jawabnya, sama seperti komitmen LAFKI dalam mewujudkan akreditasi standar internasional bagi Indonesia.
Bagi Sultan Bayezid I, janji tersebut bukan hanya sekedar ucapan, melainkan wujud nyata dari rasa syukurnya dan bukti dedikasinya kepada Tuhan dan rakyatnya. Begitu pula dengan LAFKI, yang berjanji untuk terus berjuang demi tercapainya mutu layanan kesehatan yang lebih baik di Indonesia, melalui langkah-langkah nyata yang telah diambil di setiap tahap perjalanan.
Hikmah dari Perjalanan: Metafora Sufi dari Turkiye
Kunjungan ke makam para sultan Ottoman dan Grand Mosque tidak hanya menjadi perjalanan fisik bagi delegasi LAFKI, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang penuh makna. Seperti ungkapan dari Jalaluddin Rumi, salah satu sufi besar Turkiye, “Saat kamu berjalan di jalan menuju Tuhan, setiap langkah adalah pencapaian.” Begitulah perjalanan LAFKI dalam mencapai akreditasi internasional dan peningkatan mutu layanan kesehatan di Indonesia—setiap langkah kecil adalah pencapaian besar menuju tujuan yang lebih tinggi.
Seperti Sultan Osman dan Orhan yang memulai perjalanan Kekaisaran Ottoman dari tanah sederhana di Anatolia, LAFKI juga memulai perjalanan mereka dari langkah-langkah kecil, namun dengan visi besar untuk membawa perubahan. Dan seperti Sultan Bayezid I yang menunaikan janjinya dengan membangun 20 kubah yang melambangkan komitmennya, LAFKI pun berkomitmen untuk terus berjuang dalam mencapai standar internasional dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Indonesia.
Seperti langit Turkiye yang melindungi dan menyinari setiap sudut negara ini, LAFKI akan terus melangkah dengan tekad dan keyakinan, membawa harapan dan cahaya baru untuk masa depan kesehatan Indonesia.
Salam dari Bursa, di mana masa lalu bertemu dengan masa depan, dan di mana langkah-langkah kecil mengarah pada pencapaian besar.