Jum’at, 25 April 2025
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Mas Hariadhi dan tim atas kesempatan berharga yang diberikan untuk mengikuti sesi Zoom ini.
Meskipun sempat terputus sejenak karena harus mengikuti Zoom di “kamar sebelah”, ada beberapa poin penting yang sangat menarik perhatian saya:
Pencerahan luar biasa dari para pakar menulis.
Simulasi acara yang membuka wawasan.
Sebelum melanjutkan, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Mardisyaf Ramli, dengan nama pena Merciana.
Perjalanan saya menulis bermula dari perkenalan beberapa tahun lalu dengan dr. Hisnindarsyah. Beliau adalah sosok yang menginspirasi saya untuk mulai menulis, meski dengan niat sederhana: menjaga pikiran tetap aktif, mencegah kepikunan, dan memperpanjang usia sehat.
Namun, ada satu perbedaan besar di antara kami. Ketika dr. Hisnin menulis di puncak kejayaannya, saya justru memulai saat telah mendekati titik nadir kehidupan — melewati usia kepala tujuh.
Bagi saya, menulis bukan sekadar aktivitas, melainkan ikhtiar untuk terus hidup dengan penuh makna.
Di usia yang hampir 70 tahun, saya menerbitkan buku pertama saya — sebuah pencapaian yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Lebih mengejutkan lagi, buku tersebut diterima dengan sangat baik dan laris, bukan di toko online, tetapi di berbagai komunitas (Posyandu, Lansia dan lainnya)
Malam tadi, saya baru benar-benar menyadari kunci keberhasilannya: menentukan TARGET pembaca.
Walau tulisan saya sangat sederhana, buku itu ternyata sangat relevan bagi para kader Posyandu, ibu-ibu muda, bahkan para nenek yang begitu mencintai cucunya. Buku tersebut juga kerap dijadikan suvenir untuk calon ibu baru — sebuah hadiah kecil yang penuh makna.
Itulah sedikit pengalaman pribadi saya tentang pentingnya memahami *siapa pembaca kita*.
Semoga pengalaman ini bisa menjadi setitik cahaya untuk teman-teman penulis lainnya, agar terus semangat menebarkan karya.
Salam hangat,
Bekasi, 26 April 2025