Bandung, PW: Kapten Arh Mohammad Ali S.T menghabiskan masa kecil sampai remaja di desa Budagan, kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Ia memiliki cita-cita untuk menjadi seorang prajurit TNI sehingga begitu lulus dari SMA N I Pamekasan, ia mendaftarkan diri mengikuti Taruna Akmil. Ia sempat dilarang orangtuanya untuk mendaftar sebagai prajurit karena terkendala biaya. Ayahnya yang hanya seorang buruh dengan penghasilan yang tidak tetap, dan ibu yang seorang rumah tangga merasa tidak mampu untuk membiayai perjalanan Ali yang saat itu harus bolak-balik Pamekasan-Surabaya. Ali tidak menyerah, ia tetap berusaha untuk mewujudkan keinginannya dan berhasil mengikuti sampai pantukhir di Magelang. Namun nasib berkata lain Ali gagal menjadi Taruna Akmil, tapi ia mendapat tawaran untuk mengikuti Pendidikan Bintara PK 1995 dan lulus dengan pangkat Sersan Dua kecabangan Arhanud.
Ali berdinas pertama kalinya di Batalyon Arhanudse 8, Sidoarjo. Setelah 6 bulan berdinas ia mendapat perintah untuk mengikuti seleksi D3 Instek TNI AD dan lulus di jurusan Teknik Balistik. Inilah awal mula keinginan Ali untuk memperdalam ilmu teknik khusus senjata, munisi, bahan peledak dan piroteknik. Keinginannya untuk mengembangkan potensi diri, mendorong Ali melanjutkan jenjang pendidikannya di D4 Teknik Mesin Lemjiantek Kodiklatad dan S1 Teknik Mesin Universitas Gajayana Malang.
Kapten Arh Mohammad Ali , S.T., saat ini berdinas di Politeknik Angkatan Darat (Poltekad) sebagai Dosen Balistik golongan VI. Sebagai seorang dosen, Ali memiliki motivasi yang tinggi untuk terus mengembangkan kemampuannya dalam dunia Balistik. Beberapa waktu yang lalu Ali baru saja mendapatkan penghargaan dari Dankodiklatad, Letjen TNI AM. Putranto S.Sos berupa piagam dan uang pembinaan atas prestasinya untuk mengembangkan Alutsista TNI AD. Salah satu penelitiannya yang terkait alutsista yaitu Propelan Roket. Perlu diketahui propelan adalah bahan peledak yang menghasilkan daya dorong untuk roket. Tentu saja hal ini suatu hal yang membanggakan tidak hanya bagi Kodiklat TNI AD selaku pembina pendidikan tapi juga untuk TNI Angkatan Darat.
Ali sudah melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan propelan sejak tahun 2015. Penelitian roket berawal pembuatan propelan (isian dorong) roket dengan menggunakan bahan dasar gula. Ali mengatakan bahwa ia mempelajari pembuatan propelan melalui channel You Tube dan beberapa referensi lainnya. Ia mengatakan bahwa awal proses pembuatan propelan ia hanya menggunakan bahan seadanya yang ada dirumah. “Selama kegiatan penelitian dan pembuatan propelan gula (rocket candy) saya menggunakan bahan dan peralatan rumah tangga yang ada dirumah seperti kompor, wajan dan lain-lain sehingga terkadang sering ribut sama istri karena banyak peralatan dapur yang hilang digunakan untuk kegiatan penelitian”, ujarnya. Namun pada akhirnya kerja kerasnya ini membuahkan hasil. Produk dari kegiatan rekayasa materiil hingga uji coba akhirnya roket dengan bahan dasar gula berhasil ditembakkan mencapai jarak 500 meter.
Tidak puas sampai disitu, Ali ingin merubah konsep propelan yang menggunakan bahan dasar gula menjadi propelan sesuai spesifikasi militer yang dapat digunakan untuk kebutuhan alutsista. Ia kemudian mencoba meneliti dan membuat propelan padat yang memiliki spesifikasi militer atau yang pada umumnya disebut Ammonium Perchlorate Composite Propellant (APCP) dalam skala kecil. Setelah berhasil, Ali melanjutkan penelitiannya dengan membuat konstruksi roket yang meliputi chamber, nozzle dan warhead agar propelan yang diteliti dapat digunakan untuk kebutuhan militer. Dari hasil analisa dan diskusi dengan timnya di Poltekad dibuatlah desain motor roket mini yang menggunakan bahan dasar propolan padat komposit dan berhasil di uji coba secara statis.
Setelah berhasil pada percobaan tersebut, Ali bersama dengan tim dari Poltekad membuat usulan Litbanghan untuk membuat roket dengan kaliber 70mm yang diberi nama Roket Latih Experiment atau yang disingkat ROLEX. Awal penelitian pembuatan propelan roket masih secara manual, “awal pembuatan propelan ini kami masih membuatnya secara manual yaitu dengan menggunakan mixer kue dan panci pemanggang kue” ungkapnya. Dari hasil kegiatan rekayasa material ini, Poltekad mendapat apresiasi yang luar biasa dari Dislitbangad hingga memperoleh piagam penghargaan Tim Pokja Terbaik pada tahun 2015.
Di tahun 2017 kembali dilaksanakan pengembangan untuk membuat Roket latih Astros Kaliber 70 mm. Pada uji coba pertama mengalami kegagalan, 2 roket yang ditembakkan meledak yang mengakibatkan rusaknya sistem peluncur roket. Namun pada uji tembak yang kedua sebanyak 8 unit roket berhasil ditembakkan dengan sempurna hingga mencapai jarak 7-8 km. Penelitian ini terus dikembangkan dan mendapat dukungan penuh dari Letjen TNI AM. Putranto, S.Sos sehingga kegiatan litbanghan TA 2019 dan 2020 dibuat produk prototipe roket latih Astros kaliber 70 mm, dengan desain dan konstruksi sudah mendekati bentuk roket latih Astros yang sebenarnya yaitu AV SS-09 TS.
Ali mengatakan bahwa ia akan terus melanjutkan pengembangan terhadap alutsista TNI AD, salah satunya dengan membuat teknologi pembuatan bahan baku/bahan dasar propelan roket. “Saya ingin mengembangkan teknologi pembuatan bahan baku propelan hal ini, karena di Indonesia belum adanya perusahaan yang mampu membuat bahan dasar propelan komposit dan ini tentu saja akan menjadi terobosan yang luar biasa bagi TNI AD jika berhasil”, imbuhnya. Menurut Ali, beberapa bahan dasar propelan yang akan diteliti dan dikembangkan antara lain Ammonium Perchlorate, Hydroxyl terminated polybutadiene dan beberapa bahan dasar lainnya yang semuanya memanfaatkan potensi sumber daya alam di Indonesia. “Dengan dikuasainya teknologi pengolahan bahan dasar propelan hingga menjadi bahan siap pakai, maka kita tidak akan tergantung pada pihak asing dan kekuatan pertahanan kita tidak akan dapat terdeteksi oleh pihak luar” imbuh Kapten Ali. Selain penelitian tentang teknologi pengolahan bahan baku propelan, di dua belas tahun sisa pengabdiannya, Ali juga memiliki impian untuk meneliti dan mengembangkan teknologi roket cair dan hybrid. Ali berharap, apa yang telah dilakukan selama ini semoga bermanfaat bagi TNI AD untuk dalam meunjang kemandirian Alutsista.
Ali mengakui selama melaksanakan penelitian, ia beberapa kali mengalami kegagalan namun hal ini tidak menyurutkan semangatnya untuk terus mengembangkan Alutsista TNI AD. “Terkadang kita harus menerima kekecewaan dan kegagalan, tapi bukan berarti kita kehilangan harapan”, ungkapnya pasti.