Kota Sorong PW- Pj Walikota Sorong, George Yarangga bersama satgas pangan dari Polresta Sorong Kota maupun dari Polda Papua Barat, Kodim 1802/Srg, Balai POM, BPS juga Bulog bersama Pemerintah Kota Sorong yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melakukan peninjauan di beberapa lokasi penjualan bahan pokok.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) ini, melakukan peninjauan ketersediaan dan stabilitas harga barang pokok dalam rangka bulan puasa dan Idul Fitri di tiga lokasi berbeda. Dimana tiga lokasi yang dilakukan peninjauan adalah Toko Bone Indah di kompleks Pasar Central Remu, SAGA SM dan Bulog Kota Sorong, (Jumat 24 Maret 2023).
Pj Walikota bersama rombongan mengecek ketersediaan dan harga bahan pokok seperti beras, minyak goreng, daging ayam, daging sapi juga telur dan lainnya. Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Sorong, Drh Firdiana Krisnaningsih, di sela-sela peninjauan tersebut mengatakan bahwa biasanya sapi itu dikirim dari Maluku.
Namun menurutnya minggu lalu ada hasil laboratorium zero positif untuk penyakit mulut dan kuku (PMK) di daerah Maluku. Jadi sapi yang pada awalnya mau didatangkan tidak jadi didatangkan, karena hasil uji lab itu sero positif. Jadi kami masih mau mengkonfirmasi lagi ke laboratorium di Surabaya, apakah itu sudah bisa dikatakan Maluku keluar dari zona hijau.
“Karena peternak lokal yang memasukkan, jadi yang masuk dari Maluku biasanya di kisaran 60 – 100 ekor sapi. Ada wacana kita mau melihat di NTT, karena NTT populasi sapi begitu besar, populasinya dua jutaan. Semoga nanti kedepannya, terutama jelang hari raya ini kita tidak kita tidak kesulitan. Peternak dan masyarakat tidak akan menjerit karena harga sapi yang meningkat,” ujarnya.
Dikatakannya bahwa untuk masuknya sapi ke Kota Sorong dalam satu tahun itu tidak terjadwal/rutin. Terutama pada saat ini ada penyakit mulut dan kuku, itu terbatas sekali. Hal ini disebabkan jika ada sapi yang mau didatangkan ke Kota Sorong, itu harus diuji di laboratorium dan itu biayanya mahal.
“Biaya uji laboratorium untuk satu ekor sapi itu bisa 500 sampai 750 ribu. Nah kalau ujinya itu mahal, di sini sapinya harga berapa? Ini yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Daerah dan kita akan mencari jalan keluar, supaya masyarakat tidak susah,” jelasnya.
Kepada awak media, Pj Walikota menyampaikan kalau sebelumnya ada laporan jika di Bone Indah ada kenaikan harga khususnya untuk beras Bulog. Kemarin dijual perkilo Rp 11000, tapi hanya kemarin dan hari ini sudah Rp 10000. Karena harga beras Bulog itu Rp 10000, dan belum ada peraturan kenaikan harga, jadi tidak boleh menaikkan harga.
Dijelaskan Pj Walikota, untuk harga daging ayam dan daging sapi masih normal. Khusus untuk daging sapi, karena ada penyakit mulut dan kuku (PMK) maka belum ada sapi yang didatangkan dari luar. Tapi akan dikoordinasikan dengan provinsi, agar sebelum Idul Fitri, mungkin bisa mendatangkan sapi dari NTT. Hal ini untuk menjaga stabilitas harga.
“Karena jika menjelang hari raya, permintaan banyak dan persediaannya terbatas itu akan mempengaruhi kenaikan harga. Sedangkan untuk di SAGA SM, daging sapi import dan lokal masih di harga yang sama. Bagusnya di pihak SAGA SM dan supplier itu ada kontrak kerja. Produk yang masuk kesini itu dalam kontrak kerja tetap menjaga harga agar tidak naik,” ungkap Pj Walikota.
George Yarangga berharap baik di SAGA SM dan toko-toko lainnya dalam menjelang hari raya, tetap menjaga harga dan tidak ada kenaikan. Sehingga masyarakat dapat menjangkau produk yang ada. Dan untuk stok masih tersedia dan aman. Informasi dari Bulog, ketersediaan stok cukup untuk lima bulan kedepan. Stok beras per 24 Maret 2023 di Bulog ada 3.767.393 kilogram dan minyak 42.505 liter.
*Jacob Sumampouw