Oleh : Kolonel Laut (K) Dr. dr. Hisnindarsyah, SpKL. Subsp.KT(K), SE., M.Kes., MH., C.FEM, FISQua, FRSPH
Hipertensi adalah salah satu dari penyakit MetS (Metabolic Syndrome), atau gangguan metabolik. Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah suatu kondisi medis kronis di mana tekanan darah di arteri meningkat. Tekanan darah normal untuk orang dewasa adalah 120/80 mmHg. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya secara konsisten di atas 120/80 mmHg lebih dari tiga bulan.
Beberapa pertanyaan yang seringkali muncul terkait hipertensi :
-Apa penyebab hipertensi?
-Bagaimana patofisiologi hipertensi?
-Bagaimana mengukur tensi yang benar?
Penyebab hipertensi dapat dikategorikan menjadi dua jenis:
1.Hipertensi primer (esensial):
-Tidak memiliki penyebab yang jelas, dan merupakan jenis hipertensi yang paling umum. Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan hipertensi primer seperti riwayat tensi di keluarga, kurang aktivitas, pola makan salah, merokok, stress.
2.Hipertensi sekunder : Disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti: Penyakit ginjal, tiroid, Apnea tidur obstruktif, dan efek samping obat
Bagaimana patofisiologi hipertensi? Tekanan darah dihasilkan oleh dua faktor utama:
1.Curah jantung : Jumlah darah yang dipompa jantung setiap menit.
2.Resistensi perifer : Seberapa sulit darah mengalir melalui arteri dan arterioles.
Hipertensi terjadi ketika salah satu atau kedua faktor ini meningkat. Mekanisme yang dapat menyebabkan peningkatan curah jantung :
1.Peningkatan volume darah : Volume darah yang lebih besar berarti jantung harus memompa lebih banyak darah setiap menit.
2.Peningkatan denyut jantung : Denyut jantung yang lebih cepat berarti jantung memompa darah lebih sering setiap menit.
3.Peningkatan kontraktilitas jantung : Jantung yang lebih kuat memompa lebih banyak darah dengan setiap denyutan.
Mekanisme yang dapat menyebabkan peningkatan resistensi perifer:
1.Penyempitan arteri: Penyempitan arteri akibat plak, peradangan, atau pengerasan arteri (aterosklerosis) membuat darah lebih sulit mengalir.
2.Peningkatan tonus otot polos arteriol: Otot polos arteriol yang berkontraksi lebih kuat membuat arteriol menyempit, sehingga darah lebih sulit mengalir.
Faktor-faktor yang dapat berkontribusi pada mekanisme ini:
Tekanan darah berhubungan erat dengan sistem RAAS. RAAS atau singkatan Dari Renin-Angiotensin-Aldosteron adalah sistem hormonal yang membantu mengatur keseimbangan tekanan darah. Aktivitas RAAS yang terganggu dapat menyebabkan penyempitan arteri dan retensi air, yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Apa saja pengganggu sistem RAAS?
1) Aktivasi berlebihan RAAS:
-Perlukaan pada dinding arteri : Ketika terjadi kerusakan pada dinding arteri, tubuh akan memulai proses perbaikan. Meliputi aktivasi trombosit, pembentukan bekuan darah, proliferasi sel otot polos, & remodeling arteri. Proses perbaikan ini melibatkan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS).
-Kelebihan natrium: Konsumsi garam berlebihan meningkatkan kadar natrium dalam darah, memicu aktivasi RAAS untuk meningkatkan reabsorpsi natrium dan air, sehingga meningkatkan tekanan darah.
-Kekurangan kalium: Kalium membantu mengatur tekanan darah dengan melebarkan pembuluh darah dan mengurangi retensi air. Kekurangan kalium dapat menyebabkan aktivasi RAAS dan meningkatkan tekanan darah.
-Obat-obatan tertentu: Obat-obatan seperti Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID) dan beberapa diuretik dapat meningkatkan aktivasi RAAS dan meningkatkan tekanan darah.
-Kondisi medis tertentu : Gagal ginjal, sirosis hati, dan apnea tidur obstruktif dapat menyebabkan aktivasi berlebihan RAAS.
2)Gangguan pada komponen sistem RAAS:
-Gangguan ginjal: Ginjal memainkan peran penting dalam sistem RAAS. Kerusakan ginjal dapat mengganggu produksi renin dan angiotensin, sehingga mengganggu keseimbangan sistem.
-Penyakit Addison: Penyakit Addison adalah kondisi langka yang menyebabkan kekurangan hormon aldosteron. Aldosteron membantu mengatur reabsorpsi natrium dan air di ginjal. Kekurangan aldosteron dapat menyebabkan tekanan darah rendah dan ketidakseimbangan elektrolit.
-Sindrom Cushing: Sindrom Cushing adalah kondisi yang disebabkan oleh kelebihan hormon kortisol. Kortisol dapat menekan aktivitas RAAS dan menyebabkan tekanan darah rendah.
3)Gangguan pada mekanisme umpan balik :
-Sistem saraf simpatik: Sistem saraf simpatik dapat meningkatkan aktivasi RAAS melalui pelepasan katekolamin. Sistem saraf simpatik “fight-or-flight” dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan kontraktilitas jantung, yang dapat meningkatkan tekanan darah.
-Sistem prostaglandin: Prostaglandin adalah hormon yang membantu mengatur tekanan darah dengan melebarkan pembuluh darah dan mengurangi retensi air. Gangguan pada produksi prostaglandin dapat mengganggu keseimbangan sistem RAAS dan meningkatkan tekanan darah.
Kemudian bagaimana cara mengukur tensi yang benar? Dalam mengukur tekanan darah, sebaiknya jangan hanya terpaku pada satu tempat saja. Karena seringkali menemukan hasil yang berbeda di setiap ekstremitas. Jika mengukur tensi dari sisi lengan kiri, maka diukur juga lengan kanannya. Sehingga ada istilah ABI (ankle brakhial index). ABI dalah angka yang digunakan untuk menilai kesehatan pembuluh darah di kaki pasien. Pemeriksaan ABI membandingkan tekanan darah di pergelangan kaki dengan tekanan darah di lengan atas.
Cara kerja ABI:
-Tekanan darah diukur di kedua pergelangan kaki dan di kedua lengan atas menggunakan alat khusus.
-Tekanan darah tertinggi (sistolik) yang terukur di pergelangan kaki dibagi dengan tekanan darah tertinggi yang terukur di lengan atas
Interpretasi hasil ABI:
-Normal : ABI biasanya berada di antara 1.0 dan 1.4
-Di bawah 0.9 : Mengindikasikan kemungkinan adanya penyakit arteri perifer (PAD), yaitu penyempitan arteri di kaki yang dapat membatasi aliran darah
-Di bawah 0.5 : Menunjukkan PAD berat
-Di atas 1.4 : Kurang umum, bisa jadi menunjukkan pembuluh darah yang mengeras di kaki (atherosclerosis di kaki)
Tinggi rendahnya tekanan darah erat kaitannya dengan atherosclerosis, pembuluh darah yang mengalami penyempitan dan kaku. Sehingga tensi bisa bersifat lokal, tergantung area mana yang diukur. Kalau secara sistemik, angka tensinya tinggi, berarti ada “end organ damage”, yaitu ginjal yg perannya salah satunya mengatur tensi, atau ada aliran darah ke ginjal yg mengalami pengurangan. Apapun itu hbot akan memberi solusi dengan mengurangi beban kerja jantung dan pembuluh darah (oksigenasi jaringan), neovaskularisasi dan regenerasi.
Terkait bagaimana pengaruh HBOT terhadap tekanan darah, HBOT erat hubungannya dengan tekanan lingkungan. Setiap perubahan pd tekanan lingkungan akan membuat perubahan berupa pembebanan pada organ. Dan organ akan mengalami penyesuaian atau adaptasi Proses adaptasi setiap org berbeda-beda. Sehingga respon peningkatan tekanan darah pasca HBOT pun berbeda pada setiap orang. Namun intinya, stressor yang mempengaruhi organ yg disebut “strain” akan membuat pola adaptasi pada organ, yang memacu relaksasi selain neovasc dan regenerasi. Relaksasi organ didapat dari oksigen yg langsung masuk ke jaringan.
Terapi Hiperbarik Oksigen membantu dalam pendistribusian oksigen melalui peningkatan difusi plasma darah. Sehingga oksigen dapat melalui aneka sumbatan dan penyempitan perifer. Dengan demikian gangguan metabolik bisa teratasi. Dan secara perlahan jaringan dan organ yang mengalami kerusakan akan terjadi perbaikan hingga regenerasi.
Mengapa pengobatan hipertensi terkesan sulit dan lama? Hal ini dikarenakan hipertensi terjadi sudah dalam waktu yang cukup lama, bahkan bias sampai sudah belasan puluhan tahun. Sehingga mengembalikan dinding arteri yang sudah irreversible membutuhkan waktu yang lebih lama pula. Sehingga dalam mengobati kasus hipertensi bukan sekedar menilai kriteria sembuh dari angka hasil pengukuran alat. Melainkan juga diperhatikan outcome. Outcome itu seperti kualitas tidur, mood membaik, nafsu makan membaik, fitness membaik, rasa nyeri berkurang.. secara global pasien tampak lebih sehat dan produktif.
(Diolah dari diskusi WAG Edukasi Hiperbarik)