Makalah “Person-Centred Care Systems: From Theory to Practice,” diterbitkan oleh International Society for Quality in Health Care (ISQua), membuka wawasan baru tentang paradigma perawatan kesehatan yang berpusat pada pasien (PCC). Sejak pertama kali dibahas pada tahun 1934, PCC telah berkembang menjadi lebih dari sekadar metode perawatan; ia menjadi filosofi yang mengubah hubungan antara pasien dan profesional kesehatan.
PCC mengakui bahwa setiap pasien adalah individu yang unik dengan sejarah, latar belakang budaya, dan personalitasnya sendiri. Pendekatan ini memandang pasien sebagai mitra yang setara dalam perjalanan kesehatan mereka, bukan hanya penerima pasif layanan medis. Hal ini menuntut dialog yang mendalam tentang apa yang penting bagi pasien dan kolaborasi erat dengan profesional kesehatan untuk mencapai tujuan yang bermakna bagi mereka.
Namun, pergeseran menuju PCC menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Depersonalisasi, standarisasi, dan perasaan kewalahan yang dirasakan oleh profesional kesehatan telah menciptakan jurang antara pasien dan penyedia layanan, sering kali mengurangi pasien menjadi sekedar objek perawatan. Sistem kesehatan saat ini sering kali memprioritaskan efisiensi dan hasil klinis yang mudah diukur dibandingkan dengan kebutuhan dan pengalaman subjektif pasien.
Dalam mewujudkan PCC dari teori menjadi praktik, diperlukan perubahan mendasar dalam desain dan operasi sistem kesehatan. PCC membutuhkan sebuah sistem terintegrasi di mana pasien dianggap sebagai pemilik masalah kesehatan mereka sendiri, memiliki hak atas tubuh dan kesehatan mereka, dan dianggap sebagai pengambil keputusan utama dalam perawatan mereka.
Perubahan ini memerlukan pergeseran dalam peran pasien, profesional kesehatan, dan sistem kesehatan. Pasien harus dipandang sebagai pemangku kepentingan aktif yang memiliki otoritas atas kesehatan mereka sendiri. Profesional kesehatan harus menjadi pendukung dan fasilitator, bukan pemberi arahan yang otoritatif. Sistem kesehatan harus memfasilitasi kerangka kerja ini, memastikan bahwa keputusan perawatan didasarkan pada apa yang benar-benar penting bagi pasien.
Makalah ini menegaskan bahwa PCC dapat mengarah pada perawatan yang lebih proaktif dan antisipatif. Di sini, pasien didorong untuk terlibat aktif dalam pengelolaan kesehatan mereka sendiri, baik dalam merespons kondisi saat ini maupun dalam mencegah kondisi di masa depan. Ini merupakan pergeseran dari paradigma perawatan kesehatan reaktif saat ini, di mana pasien sering kali dilihat sebagai penerima pasif dari intervensi kesehatan.
Makalah ini juga mengingatkan kita bahwa PCC tidak hanya tentang mengubah interaksi individu antara pasien dan penyedia layanan kesehatan, tetapi juga tentang transformasi sistem secara keseluruhan untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung, inklusif, dan berkelanjutan bagi semua orang yang membutuhkan perawatan kesehatan.
PCC bukan hanya tentang kebaikan atau moralitas; ini adalah tentang efektivitas dan keadilan dalam perawatan kesehatan. Sebagai kesimpulan, kita harus mengakui bahwa PCC harus menjadi batu penjuru dalam merancang ulang sistem kesehatan yang tidak hanya mampu menyembuhkan penyakit tetapi juga mempromosikan kesejahteraan yang sejati dan menghormati martabat setiap individu yang mencari bantuan. Ini adalah langkah yang berani dan penting menuju masa depan kesehatan yang lebih cerah dan lebih manusiawi. (Bersama LAFKI, Akreditasi dengan SUKA CITA). Referensi: Person-centered care (PCC): the people’s perspective. International Journal for Quality in Health Care, Volume 33, Issue Supplement_2, November 2021, Pages ii23–ii26, https://doi.org/10.1093/intqhc/mzab052
Oleh: Dr. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.Ns, M.Kep, FISQua, FRSPH, FIHFAA