Zen dan Seni Pemulihan Otot: Mendamaikan DOMS dengan Hikmah

 

Meminjam kata-kata filsuf Yunani kuno Heraclitus yang mengatakan, “Perubahan adalah satu-satunya konstan,” kita dapat membandingkan perjalanan seorang atlet dengan aliran sungai yang tak pernah tetap. Sungai ini, penuh dengan arus dan kontra-arus, merupakan metafora yang tepat untuk Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS), suatu fenomena yang sama alamiahnya dengan perubahan itu sendiri.

Ketika atlet mengalami DOMS, hal ini serupa dengan sungai yang mengalir deras setelah hujan lebat—alami, namun penuh tantangan. Gejala yang berkisar dari kelembutan hingga nyeri yang membatasi adalah hasil alami dari kerja keras otot. Dalam pengertian fisika, seperti hukum ketiga Newton, setiap aksi pasti diikuti dengan reaksi. Jadi, nyeri yang dirasakan adalah reaksi fisik terhadap aksi latihan yang intens.

Filsuf fisika mungkin akan membandingkan intensitas dan durasi latihan yang menyebabkan DOMS dengan variabel dalam persamaan fisik—lebih besar usahanya, lebih besar pula reaksinya. Dalam konteks kimia, DOMS dapat dilihat sebagai hasil dari reaksi kimia kompleks yang terjadi di dalam tubuh—enzim, asam laktat, dan radikal bebas bekerja bersama menciptakan ‘produk’ nyeri dan kekakuan.

Pemulihan dari DOMS bisa diibaratkan sebagai pencarian keseimbangan dalam sebuah reaksi kimia. Obat anti-inflamasi nonsteroid berperan sebagai inhibitor yang mengurangi laju reaksi peradangan, sedangkan pijat mungkin bertindak sebagai katalis yang mempercepat proses pemulihan. Ini adalah pencarian harmonis antara berbagai metode untuk mengembalikan tubuh ke keadaan semula, mirip dengan ilmuwan yang menyesuaikan kondisi untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Cryotherapy, yang dapat dianggap sebagai metode pendinginan dalam reaksi eksotermik, bertujuan untuk mengurangi ‘panas’ inflamasi. Latihan ringan pasca-DOMS berfungsi seperti mekanisme feedback dalam biologi—output dari satu proses menjadi input untuk mengatur proses lain, dalam hal ini adalah pemulihan otot. Ini adalah seni mengatur ritme pemulihan, agar tubuh kembali ke harmoni seperti alunan musik yang sempurna.

Atlet yang berlatih setiap hari harus menyesuaikan ‘setelan’ latihan mereka untuk meminimalisir dampak DOMS, serupa dengan ilmuwan yang menyesuaikan variabel dalam eksperimen. Mereka dianjurkan untuk mengurangi intensitas dan durasi latihan setelah mengalami DOMS yang intens dan memfokuskan pada latihan yang menargetkan bagian tubuh yang kurang terpengaruh, memberi waktu bagi otot yang paling terpengaruh untuk pulih.

Perkenalan bertahap terhadap latihan eksentrik atau aktivitas baru dapat dilihat sebagai fase adaptasi dalam eksperimen, di mana sistem—dalam hal ini, tubuh atlet—diberikan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Ini adalah proses pembelajaran yang dinamis, di mana tubuh secara bertahap memahami dan mengintegrasikan stres baru ke dalam kapasitasnya.

Penelitian yang berkelanjutan tentang DOMS adalah sebuah perjalanan penemuan yang tak berujung, layaknya filsafat yang selalu mencari makna yang lebih dalam. Seperti eksperimen yang terus diperbaiki, pengetahuan kita tentang DOMS dan bagaimana mengelolanya terus berkembang. Setiap penemuan baru menambah lapisan pemahaman yang lebih kaya dan nuansa yang lebih halus pada gambaran besar kesehatan atletik.

Melalui penjelasan ini, kita diajak untuk merenungkan bahwa setiap tantangan fisik adalah bagian dari proses belajar dan beradaptasi yang lebih besar. DOMS, bukan hanya tentang rasa sakit, tetapi juga tentang dialog yang berkelanjutan antara tubuh dan tantangan yang dihadapinya. Ini adalah pelajaran yang diberikan alam, mengajarkan kita untuk bergerak maju dengan pemah

aman yang lebih dalam tentang tubuh kita, dan bagaimana, seperti para ilmuwan, kita dapat bereksperimen dengan bijaksana untuk mencapai keseimbangan yang sempurna antara kinerja dan kesehatan.

Jadi, seperti sungai yang menyesuaikan jalurnya setelah hujan, kita juga harus mampu menyesuaikan aktivitas kita, mendengarkan isyarat tubuh, dan melangkah maju dengan kebijaksanaan yang dipinjam dari para filsuf, fisikawan, dan kimiawan. Di dalam konteks ini, DOMS menjadi bukan hanya tentang pemulihan, tapi juga tentang evolusi pribadi dalam perjalanan menjadi lebih baik. Dengan semangat filsafat Heraclitus, kita mengakui bahwa perubahan adalah konstan, dan dalam perubahan itu kita menemukan kekuatan untuk bertumbuh dan beradaptasi.

 

Oleh: Dr. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.Ns, M.Kep, FISQua, FRSPH, FIHFAA

Related posts