Jakarta, PW-Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk membangun sumber daya manusia (SDM)unggul dan berdaya saing. Namun, pada dasarnya, yang terpenting ialah generasi muda (milenial) harus dibekali dan memiliki nilai-nilai kecintaan terhadap Tanah Air.
Tokoh senior aktifis dan pengusaha Soegiarto Santoso mengatakan bahwa nilai kecintaan terhadap Tanah Air akan memperbesar semangat generasi muda untuk membangun perwujudan mimpi menciptakan Indonesia yang lebih besar dan lebih maju.
“Nilai kecintaan terhadap Tanah Air akan tumbuh seiring dengan pembentukan sikap bela negara. Dan sikap bela negara itu harus dibangun sejak mulai TK, SD, SMP, SMA, sehingga ketika masuk perguruan tinggi sudah waktunya mahasiswa memanen rasa cinta terhadap Tanah Air,” ujarnya yang juga Alumi SMA Ketapang Jakpus saat ditemui media di kantornya di Harmoni Plaza.
Tokoh senior aktifis yang juga dekat dengan Panglima TNI dan Tokoh Nasional ini menilai, sikap bela negara tidak harus ditumbuhkan dengan cara wajib militer. Akan tetapi lebih ditekankan pada upaya untuk membangun kesadaran melalui cara berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai warga negara yang dijiwai oleh kecintaan pada negara.
“Saya tegaskan namanya bela negara bukan wajib militer. Beda dengan pertahanan. Jadi bela negara bukan pertahanan nasional, tapi bela negara adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang didasarkan pada kecintaan terhadap negara dalam hal ini NKRI,” cetusnya .
Kendati, ia tak menafikan dengan wajib militer seseorang terutama generasi muda akan memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi. Selain itu juga bisa menanamkan jiwa patriotisme dan semangat untuk membela negara.
Dalam konteks membangun kecintaan terhadap Tanah Air bagi generasi milenial, Soegiarto Santoso mengatakan sepakat dengan apa apa yang disampaikan Ketua Umum BRINUS (Brigade Nusantara) Sdr. Endri Hendra Permana yang mendampinginya saat wawancara Media. Bahwasanya, generasi muda atau yang akrab disebut milenial tidak harus diberikan keistimewaan.
“Biarlah mereka tumbuh menghadapi tantangannya. Karena orang yang matang itu tumbuh karena tertantang. Yang perlu juga dibangun adalah semangat perjuangan untuk terus membela negara dan menciptakan kemajuan bangsa dengan didasari kecintaan pada NKRI,” pungkasnya.
Majunya bangsa ini, tidak bisa terlepas dari peran anak muda yang identik disebut sebagai millenials. “Kebangkitan bangsa tidak terlepas dari anak muda ini. Kalau saya sih sudah tua,” katanya dalam acara Sharing & Diskusi Terbuka bertajuk Anak Muda, Bangkit & Berdaya Untuk Indonesia di Jakarta. mendorong millenials untuk memiliki nilai dan karakter yang kuat. Menurut dia, hal itu penting sebab apabila kemajuan zaman tidak diproteksi dengan nilai dan akar budaya bangsa maka akan menjadi rentan dan mengikis rasa kebangsaan generasi muda.
“Identitas dan karakter bangsa telah dirumuskan oleh pendiri bangsa melalui Pancasila & Bhineka Tunggal Ika yang diharapkan menjadi jiwa dan karakter anak muda untuk terus bersatu dan bersinergi membangun bangsa,” katanya.
Dalam kesempatan ini juga mengingatkan jati diri dan karakter bangsa yang sebenarnya adalah yang menghargai keberagaman, toleransi terhadap perbedaan, peduli terhadap sesama dan memiliki empati.
Oleh karena itu, ia berharap kebangkitan dari pandemi tahun ini bisa menjadi momentum para generasi muda untuk kembali merapatkan barisan untuk bersatu dan bergerak bersama dalam membangun negeri.
“Saya minta teman-teman generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa tidak kehilangan jati diri dan karakter bangsa. Tetap memiliki jiwa dan semangat nasionalisme untuk terus bersatu dan sinergi membangun bangsa di segala bidang,” ungkapnya.
Peran generasi millenial dalam pondasi bangsa adalah menjadi kuat, sehat dan mampu bersaing tidak hanya di dalam negeri tapi juga secara global. Mengharapkan pemerintah juga, lanjut dia, terus meningkatkan kontribusi untuk mendorong kemampuan pemuda pemudi bangsa. (znr.red.mul)