TIAKUR, peloporwiratama.co.id – Satuan PAUD Sejenis (SPS) Tehila menggelar penamatan untuk 30 siswa-siswi yang akan melanjutkan studi ke jenjang Sekolah Dasar. Acara berlangsung di Gedung Gereja Eliora pada Jumat pagi, 13 Juni 2025, dengan dihadiri para orang tua, guru, dan pejabat dinas pendidikan setempat.
Penamatan ini bukan sekadar kelulusan akademik, melainkan momentum simbolis yang menandai kesiapan anak-anak memasuki dunia pendidikan formal. Acara ini menjadi bentuk apresiasi terhadap capaian perkembangan anak dalam berbagai aspek, mulai dari kognitif, sosial-emosional, bahasa, fisik-motorik, hingga nilai-nilai agama dan moral.
Kepala SPS Tehila, Erana Leunufna, menekankan bahwa penamatan ini merupakan momen istimewa yang menandai awal perjalanan baru bagi para siswa. “Hari ini adalah momen istimewa dimana kita melepaskan mereka menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Suatu perjalanan baru akan dimulai, dan kami percaya mereka sudah siap melangkah dengan bekal ilmu, kemandirian, dan nilai-nilai karakter yang baik,” ujarnya.
Dalam sambutan resmi, Kepala Bidang PAUD dan PNF Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maluku Barat Daya, Evalince Audrey, mewakili Kepala Dinas menyampaikan pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini. Menurutnya, membangun kepribadian yang unggul dan berakhlak mulia harus dimulai dari pendidikan anak usia dini, bukan menunggu hingga pendidikan tinggi.
“Para guru di SPS Tehila telah menanamkan nilai spiritual dan budi pekerti kepada siswa-siswi. Nilai-nilai ini dapat mengubah karakter siswa sesuai dengan karakter Kristus yang telah ditanamkan para guru,” kata Evalince dalam sambutannya.
Pejabat dinas pendidikan itu juga menyoroti program wajib belajar 13 tahun yang akan diterapkan pada tahun ajaran 2025-2026. Program ini merupakan perluasan dari wajib belajar 12 tahun sebelumnya, kini mencakup pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
“Dulunya kita mengenal program wajib belajar sembilan tahun, kemudian diperluas menjadi dua belas tahun. Di tahun ini, salah satu prioritas Kemendikdasmen adalah wajib belajar 13 tahun, jadi minimal di TK ini wajib untuk anak-anak di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Pembina SPS Tehila sekaligus Ketua Majelis Jemaat GPM Tiakur, Pendeta F. Lawa, dalam sambutannya mengibaratkan anak-anak seperti spons yang memiliki kemampuan menyerap sangat cepat. “Anak diibaratkan spons yang memiliki kemampuan menyerap sangat cepat, baik yang baik maupun yang buruk. Oleh sebab itu, di masa ini kita harus memberikan perhatian yang sungguh dan stimulus yang baik untuk anak-anak kita,” ungkapnya.
Pendeta Lawa juga menekankan pentingnya menanamkan nilai takut akan Tuhan sejak dini, mengutip Amsal 1:7 yang menyatakan “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.”
“Hal yang paling penting adalah menanamkan nilai takut akan Tuhan kepada anak-anak kita. Ini menjadi poin penting dalam kapasitas kita sebagai orang tua dan pengajar untuk terus mendidik, membina, dan mengarahkan anak-anak terkasih,” katanya.
Acara penamatan ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak, memberikan motivasi kepada orang tua, serta mempererat hubungan antara guru, anak, dan orang tua dalam proses pendidikan berkelanjutan. Para siswa yang dinyatakan lulus ini akan memulai babak baru pendidikan mereka di jenjang sekolah dasar dengan bekal nilai-nilai karakter dan pengetahuan yang telah ditanamkan selama di SPS Tehila. (PW-19)