GMNI MBD Rayakan Dies Natalis ke-71: “Bersatu Lawan Penjajahan Gaya Baru”

 

WAKARLELI, peloporwiratama.co.id – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Maluku Barat Daya (MBD) merayakan Dies Natalis ke-71 GMNI dengan mengangkat tema “Bersatu Lawan Penjajahan Gaya Baru”. Perayaan digelar di kediaman Bung Hendrik Lekipera Wakarleli, Minggu (23/3/2025).

Ketua DPD GMNI Maluku, Alberthus Y.R. Pormes mengatakan, “Mengurus GMNI ini tidak selamanya menyenangkan, ada suka dan dukanya. Kemarin kita ditinggalkan oleh teman seperjuangan, perjuangannya telah selesai, tetapi perjuangan kita masih panjang untuk terus berjuang demi kemenangan marhaen.”

Pormes menekankan pentingnya kaderisasi dengan mengutip teori Bung Karno “Matchforming dan Machwending”. “Penting sekali karena kita bicara soal ilmu pengetahuan, tetapi kalau tidak dibarengi dengan basis massa yang baik, itu juga persoalan,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan mimpi besarnya tentang Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di MBD. “Mimpi besar saya di MBD ini adalah dua LBH dan Sekber (Sekretariat Bersama). Saya kira ini menjadi fokus kita,” tegasnya.

Sebagai catatan, Pormes mengingatkan bahwa DPC GMNI Maluku Barat Daya harus banyak melakukan kajian dan aksi karena banyak kebijakan yang tidak pro terhadap kaum Marhaen. “Kajian harus akademis. GMNI di MBD adalah beranda terdepan NKRI. Kita harus banyak kajian tentang bagaimana cara berjuang berdiri di atas kaki sendiri,” katanya.

Sementara itu, Ketua DPC GMNI MBD, Ridolof Loimalitna mengakui adanya kekurangan dalam menggerakkan roda organisasi. “Ini menjadi catatan evaluasi kita untuk lebih lagi berbenah dan memperbaiki diri,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa kekurangan tersebut tidak boleh membuat semangat perjuangan menjadi kendor. “Kekurangan ini menjadi pembelajaran untuk kita lebih semangat lagi berjuang,” tegasnya.

Alumni GMNI, Hendrik Lekipera menyoroti fokus utama GMNI tahun ini. “Fokus utama kita untuk GMNI di tahun ini adalah cepat menyelesaikan sekretariat dan melakukan kaderisasi,” katanya.

Lekipera juga menekankan pentingnya LBH sehingga setelah lulus, kader bisa terdistribusi. “Jangan kita fokus pada satu titik, tetapi harus mendistribusikan kader di semua tempat dunia kerja,” imbuhnya.

Marthinus Kerlely, alumni GMNI lainnya, memberikan pesan agar diskusi untuk anggota komisariat menjadi bahan evaluasi di tingkat cabang. “Perbanyak diskusi dan kajian sehingga meningkatkan muatan literasi,” sarannya.

“Terkait LBH, ini penting untuk kader yang setelah selesai studi Sarjana Hukum bisa langsung terjun sebagai Advokat,” tambahnya.

Kerlely menekankan bahwa dalam pergerakan, “Hitam ya hitam, putih ya putih, tidak ada abu-abu. Kalau abu-abu nanti meraba-raba dan tenggelam.” Harapannya di Dies Natalis ke-71 ini, GMNI tetap eksis dalam dunia pergerakan. “Apapun itu, susah senang kita semua rasakan, tetapi ingat, GMNI tidak akan pernah mati. Satu-dua orang pun yang membawa nama GMNI, GMNI tetap hidup,” tegasnya.

Alumni GMNI lainnya, Alfrens Lelau menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam pergerakan. “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, kita rasakan bersama,” ujarnya.

Lelau menambahkan bahwa tanggung jawab moral dan ideologis sebagai kader GMNI wajib mendukung setiap senior dalam perjuangan di dunia kerja, “karena ini bicara soal darah, roh, jiwa, pergerakan yang sama.”

Menutup rangkaian acara, Alumni GMNI Ape Keriapy berpesan, “Tahun ini DPC GMNI harus menyala. Perbanyak kajian, diskusi, aksi, dan demonstrasi.”pungkasnya. (PW.19)

Related posts