DOMS: Rahasia Tersembunyi di Balik Nyeri Otot Pascatraining

Sebagaimana yang diungkapkan oleh filsuf Yunani, Herakleitos, bahwa “perubahan adalah satu-satunya konstan dalam hidup,” kita dapat melihat fenomena Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) sebagai manifestasi fisik dari prinsip ini. DOMS adalah sebuah tanda bahwa otot sedang mengalami proses penyembuhan dan penguatan setelah aktivitas fisik, sebuah proses yang dalam ilmu fisika dikenal sebagai prinsip adaptasi atau ‘plasticity’. Ini mengindikasikan bahwa latihan yang dilakukan memang efektif dan telah mendorong tubuh untuk beradaptasi menjadi lebih kuat.

Pasien terapi fisik yang memulai program latihan baru atau menambahkan latihan baru ke program mereka mungkin akan mengalami DOMS. Bagi mereka, rasa nyeri ini bisa diibaratkan seperti menghadapi sebuah persamaan matematika yang kompleks untuk pertama kalinya; sulit dan menyakitkan. Namun, sebagaimana seorang matematikawan yang terus berlatih dan akhirnya menemukan solusi, begitu pula otot yang akan menjadi lebih kuat setelah setiap sesi latihan.

Dalam sesi latihan pertama, DOMS dapat terasa sangat intens sehingga beberapa pasien mungkin menolak untuk melanjutkan latihan. Di sinilah peran terapis menjadi krusial, layaknya seorang guru yang membimbing siswanya melalui proses pembelajaran yang menantang. Terapis perlu meyakinkan pasien bahwa DOMS adalah bagian normal dari program latihan baru dan membantu mereka membedakan antara nyeri otot dengan jenis nyeri lainnya.

Penting juga untuk diingat bahwa tingkat keparahan nyeri tidak selalu berkorelasi dengan tingkat kerusakan otot akibat latihan. Ini seperti dalam kimia, di mana intensitas reaksi tidak selalu mencerminkan hasil akhir dari proses reaktif itu sendiri. DOMS dapat diibaratkan sebagai reaksi sampingan dalam suatu eksperimen yang menunjukkan bahwa reaksi utama sedang berlangsung.

Salah satu terapi alternatif yang telah terbukti efektif dalam mengurangi intensitas kekakuan dan rasa sakit yang terkait dengan DOMS adalah pijat. Ketika diberikan dalam waktu 2 jam setelah aktivitas, tekanan mekanis dari pijat diyakini dapat menurunkan migrasi neutrofil dan dengan demikian mengurangi proses inflamasi dalam struktur otot. Dalam ilmu fisika, ini dapat dilihat sebagai pemberian gaya eksternal yang mengubah keadaan stres pada otot. Namun, perlu dicatat bahwa pijat tidak menunjukkan efek pada kinerja atau kekuatan otot pasca-latihan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak menjalani terapi.

Oleh karena itu, bagi pasien dan terapis, menerima DOMS sebagai bagian dari proses latihan adalah penting. Seperti dalam fisika, di mana setiap aksi akan menimbulkan reaksi, dalam latihan fisik, respons tubuh terhadap tekanan baru adalah tanda bahwa tubuh sedang melakukan adaptasi. Menerima nyeri dan kekakuan sebagai tanda positif, bukan sebagai penghalang, adalah langkah pertama dalam perjalanan menuju kekuatan dan ketahanan yang lebih besar.

Sebagai kesimpulan, DOMS tidak hanya merupakan bagian dari proses adaptasi fisik, tetapi juga merupakan kesempatan untuk mengembangkan ketahanan mental dan emosional. Ini adalah pengingat bahwa di luar zona kenyamanan kita, ada pertumbuhan dan kekuatan yang belum terungkap. DOMS bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan bagian dari perjalanan itu sendiri, di mana setiap langkah yang kita ambil membawa kita lebih dekat ke tujuan kita untuk menjadi lebih kuat dan lebih sehat.

Penulis: DR. H. Ahyar Wahyudi, Ns, M.Kep., FISQua, FRSPH, FIHFAA

Related posts