DPMPTSP – Bank Indonesia Perkuat Sinergitas Promosi Investasi Aceh

Banda Aceh – PW: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh dan Bank Indonesia Perwakilan Aceh memperkuat sinergitas dalam upaya mempromosikan potensi investasi di Aceh dengan stakeholders terkait.

Sinergitas antara pemangku kepentingan dilakukan dengan menggelar program ‘dedicated team for capacity building’ yang berlansung di Bank Indonesia Perwakilan Aceh dari tanggal 28 – 30 September 2021.

Kepala DPMPTSP Aceh, Marthunis, ST, DEA menyambut baik program yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Menurutnya, diperlukan satu wadah bersama multi stakeholders untuk memberikan tingkat pemahaman fungsi hubungan investor di daerah terkait minat investor di berbagai negara juga menjadi suatu hal yang penting agar pelaksanaan promosi yang dilakukan ke tiap negara dapat tepat sasaran.

“Pemahaman tersebut penting untuk dimiliki guna pelaksanaan promosi yang dilakukan dapat menghasilkan tindak lanjut yang positif baik berupa peningkatan minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia ataupun hingga terealisasikannya investasi baru di berbagai daerah di Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Aceh, Achris Sarwani mengatakan untuk mencapai target angka pertumbuhan ekonomi tahun 2021, diperlukan dukungan semua pelaku ekonomi di berbagai sektor, baik di level nasional maupun daerah. Peluang yang ada harus dapat dioptimalkan.

“Aceh sebagai salah satu daerah dengan sumber daya alam yang potensial terutama di sektor pertanian, perikanan, dan pertambangan, tentunya sangat diharapkan kontribusinya untuk perekonomian nasional,” ujarnya.

Menurutnya, komoditas yang dihasilkan dari bumi dan laut Aceh, kiranya dapat dimanfaatkan secara maksimal melalui peningkatan nilai tambah yang berujung pada optimalisasi multiplier effect pada setiap komoditas.

“Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, investasi juga berperan besar dalam mengurangi defisit transaksi berjalan atau yang dikenal dengan Current Account Deficit (CAD), kondisi Indonesia yang telah mengalami CAD sejak 2011, menjadikan nilai tukar Rupiah menjadi rentan, terutama akibat faktor eksternal. Kebutuhan akan valas terutama Dollar Amerika tidak dapat tercukupi dari valas yang masuk/diterima Indonesia,” katanya.

Dengan demikian, menurut Achris, bila Aceh bisa menggenjot potensi investasi daerah, maka manfaat yang diterima bukan hanya berdampak bagi pertumbuhan ekonomi Aceh, melainkan juga perekonomian nasional, serta termasuk kestabilan Rupiah.

Asisten II Sekda Aceh, Ir. Mawardi, membuka Meeting & Capacity Building Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Investasi Aceh, di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Selasa (28/09/2021). “Kegiatan ini sangat penting sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas Satgas Percepatan Investasi Aceh dalam rangka pengelolaan promosi proyek investasi di Aceh,” kata Mawardi.

Menurut Mawardi, Pemerintah Aceh optimis perkembangan investasi di Aceh akan terus mengalami trend yang menggembirakan. Dalam kurun waktu 2019 – 2020, realisasi investasi di Aceh rata-rata meningkat sebesar 175 persen. Pada tahun 2019, realisasi investasi Aceh mencapai Rp.5,8 triliun, naik signifikan dari Rp.1,2 triliun di tahun 2018. Selanjutnya, realisasi investasi di tahun 2020 yang juga meningkat menjadi Rp 9,1 triliun.

Mawardi mengatakan, meskipun mencatat peningkatan yang signifikan, realisasi investasi di Aceh masih belum merata dari sisi sektor dan wilayah. Sektor dominan adalah energi dan konstruksi. “Kita berharap selain membukukan angka realisasi investasi yang makin besar, pemerataan realisasi investasi di seluruh sektor dan wilayah juga dapat dicapai,” kata dia.

Mawardi menyebutkan, Satgas Percepatan Investasi Aceh dibentuk untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing Aceh dalam perekonomian nasional dan internasional. Target dan sasaran Satgas ini adalah untuk meningkatkan realisasi investasi, penyelesaian izin investasi yang efisien dan mudah, serta menciptakan proyek investasi clean and clear yang sudah siap untuk ditawarkan atau Investment Project Ready to Offer (IPRO).

Aceh, kata Mawardi, memang kaya akan berbagai potensi dan peluang investasi, mulai dari sektor energi, agro industry, hingga pariwisata. “Namun kini bukan saatnya lagi kita menawarkan dan mempromosikan sesuatu yang belum clean and clear kepada calon investor. IPRO ini merupakan salah satu bagian penting untuk menarik investor, karena berisikan data dan informasi yang clean and clear bagi investor yang akan menjadikan salah satu dasar memutuskan berinvestasi di suatu kawasan, misalnya kejelasan status lahan dan hitungan bisnisnya,” ujar Mawardi.

Karena itu, Mawardi mengharapkan kepada peserta meeting dan capacity building, agar memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan tersebut untuk meningkatkan kapasitas sebagai salah satu pengambil kebijakan di daerah dan instansi yang dipimpin. “Kita harus bisa menjadikan investasi, baik dari dalam maupun luar negeri, sebagai tumpuan penggerak roda perekonomian rakyat dan sumber Pendapatan Asli Aceh (PAA). Maka dari itu, peran dan kontribusi saudara-saudari di dalam Satuan Tugas ini menjadi sangat penting,” ujar Mawardi.

Related posts