Siang Terik di Dubai dan Pesona Burj Al Arab dari Kejauhan

 

Oleh. Dr. Ahyar Wahyudi, M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA

Siang itu, matahari Dubai bersinar terang, seolah ingin memastikan tidak ada satu pun sudut kota yang terlewat dari sorot cahayanya. Langit cerah tanpa awan menjadi latar sempurna bagi megahnya Burj Al Arab yang menjulang di kejauhan. Berdiri di atas pulau buatan, gedung yang dikenal sebagai salah satu hotel termewah di dunia ini tampak memikat meski kami hanya bisa memandangnya dari kejauhan.

Di bawah terik yang cukup membakar kulit, kami berkumpul di taman pasir yang disiapkan untuk sesi foto. Burj Al Arab berdiri seperti sebuah mahakarya seni, dengan desainnya yang menyerupai layar kapal yang siap mengarungi lautan pasir dan gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya. Ada sesuatu yang luar biasa tentang melihat bangunan ini dari jauh—seolah-olah semakin tak terjangkau, semakin ia menggoda.

Cahaya siang hari yang memantul dari kaca-kaca Burj Al Arab membuat gedung ini berkilau, menambah kesan bahwa kemewahan di sini tak hanya terlihat, tapi terasa hingga ke mata yang memandang. Seperti cinta yang hanya bisa dinikmati dari kejauhan, kami berfoto dengan latar gedung megah itu, berharap bisa menyimpan sedikit dari pesona kemewahan Dubai ini dalam kamera dan ingatan.

Berdiri di taman pasir dengan Burj Al Arab sebagai latar belakang membuat kami berpikir: inilah Dubai, kota yang tak pernah puas dengan hanya menjadi biasa. Bahkan saat kami tidak bisa masuk ke dalam gedung itu, melihatnya dari jauh pun sudah cukup memberi kesan mendalam—bahwa Dubai, dan Burj Al Arab, adalah simbol dari mimpi-mimpi besar dan ambisi yang menjulang tinggi.

Dan di bawah terik matahari yang membakar, kami semua setuju: keindahan Burj Al Arab memang tak tergantikan, bahkan dari kejauhan.

Related posts