Mengapa Banyak Warga Indonesia Memilih Berobat ke Malaysia dan Singapura dalam Perspektif Ilmu Administrasi

 

Oleh. DR. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA (PP LAFKI)

Fenomena banyaknya warga Indonesia yang memilih berobat ke Malaysia dan Singapura telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan data dari berbagai sumber seperti CNBC Indonesia, DetikHealth, RRI, Liputan6, dan Kompas, lebih dari satu juta warga Indonesia berobat ke luar negeri setiap tahun. Fenomena ini tidak hanya menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi negara, tetapi juga mencerminkan berbagai masalah mendasar dalam sistem kesehatan nasional.

Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan menjadi alasan utama mengapa warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri. Dr. Adib Khumaidi, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), menyoroti kemampuan komunikasi dokter di Malaysia dan Singapura yang dianggap lebih baik, memberikan kenyamanan lebih bagi pasien (Rozaki, 2024). Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien sangat penting dalam proses pengobatan karena dapat meningkatkan kepercayaan pasien dan mempengaruhi hasil pengobatan secara positif. Selain itu, fasilitas medis di Malaysia dan Singapura seringkali lebih modern dan lengkap dibandingkan dengan rumah sakit di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil. Hal ini membuat pasien merasa lebih aman dan percaya diri dalam menjalani pengobatan di luar negeri. Menurut World Health Organization (WHO), akses terhadap peralatan medis canggih dan layanan kesehatan bermutu tinggi merupakan faktor penting dalam meningkatkan mutu hidup masyarakat (WHO, 2024).

Dalam hal ini, falsafah 3MU, khususnya prinsip Mutu, menekankan pentingnya standar mutu yang tinggi dalam pelayanan kesehatan. Rumah sakit di Malaysia dan Singapura telah berhasil membangun reputasi sebagai penyedia layanan medis bermutu tinggi, yang sejalan dengan prinsip ini. Mereka memiliki fasilitas yang modern, teknologi canggih, dan tenaga medis yang kompeten, yang semuanya berkontribusi terhadap peningkatan mutu pelayanan.

Biaya Pengobatan dan Kebijakan Pemerintah

Biaya pengobatan yang lebih terjangkau di Malaysia dan Singapura juga menjadi faktor penarik utama. Kebijakan pemerintah di kedua negara tersebut memberikan insentif pajak dan subsidi untuk sektor kesehatan, seperti kebijakan free tax khusus untuk pelayanan kesehatan di Malaysia (CNBC Indonesia, 2024). Sebaliknya, di Indonesia, biaya pengobatan masih relatif tinggi dan seringkali tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan akses dan mutu layanan kesehatan, seperti melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), namun implementasinya masih menghadapi berbagai kendala. Kurangnya dana, infrastruktur yang tidak memadai, dan birokrasi yang kompleks merupakan beberapa faktor yang menghambat efektivitas program ini (Kementerian Kesehatan RI, 2024).

Falsafah 3MU juga mencakup prinsip Murah, yang berarti pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Malaysia dan Singapura telah berhasil menawarkan layanan kesehatan bermutu dengan biaya yang lebih rendah, berkat kebijakan pemerintah yang mendukung dan efisiensi operasional yang tinggi. Hal ini membuat mereka menjadi pilihan yang menarik bagi warga Indonesia yang mencari pengobatan dengan biaya yang lebih terjangkau.

Rasio Tenaga Medis

Rasio tenaga medis di Indonesia juga masih jauh dari standar yang ditetapkan oleh WHO. Saat ini, rasio dokter di Indonesia adalah 0,47 per 1.000 penduduk, jauh di bawah standar WHO yaitu 1 dokter per 1.000 penduduk (World Bank, 2024). Kekurangan tenaga medis ini berdampak pada mutu layanan kesehatan, terutama di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau. Dalam mengatasi masalah ini, pemerintah Indonesia telah merevisi Undang-Undang Kesehatan untuk mempermudah anak muda Indonesia masuk ke pendidikan dokter, termasuk dokter spesialis yang jumlahnya masih sangat terbatas. Namun, upaya ini memerlukan waktu dan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait (Jokowi, 2024).

Prinsip Mudah dalam falsafah 3MU menekankan pentingnya akses yang mudah dan cepat terhadap layanan kesehatan. Kekurangan tenaga medis di Indonesia mengakibatkan banyak warga yang kesulitan mendapatkan perawatan medis yang memadai, terutama di daerah terpencil. Sebaliknya, di Malaysia dan Singapura, akses terhadap dokter spesialis dan fasilitas medis yang lengkap lebih mudah didapatkan, sehingga menarik pasien dari Indonesia untuk berobat ke sana.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Kerugian ekonomi akibat banyaknya warga Indonesia yang berobat ke luar negeri sangat signifikan. Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa Indonesia kehilangan potensi pendapatan sebesar US$11,5 miliar atau sekitar Rp180 triliun setiap tahun (CNBC Indonesia, 2024). Dana tersebut seharusnya dapat digunakan untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan di dalam negeri, membangun infrastruktur medis, dan menyediakan fasilitas yang lebih baik bagi masyarakat. Selain dampak ekonomi, fenomena ini juga memiliki dampak sosial yang tidak kalah penting. Banyaknya warga yang berobat ke luar negeri menunjukkan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan nasional. Hal ini dapat memicu ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah, yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas sosial dan politik.

Gaya Hidup dan Wisata Medis

Gaya hidup modern juga berperan dalam keputusan warga Indonesia untuk berobat ke luar negeri. Banyak rumah sakit di Malaysia dan Singapura menawarkan fasilitas tambahan seperti olahraga dan rekreasi yang mendukung proses pemulihan pasien. Aditya Eka Prawira dari Liputan6 menyoroti bahwa banyak pasien yang memanfaatkan kesempatan berobat untuk berlibur, terutama jika mereka memiliki polis asuransi yang bekerja sama dengan rumah sakit di Malaysia (Prawira, 2023). Penang, misalnya, telah lama dikenal sebagai tujuan utama wisata medis bagi warga Indonesia. Efektivitas dan akurasi resep medis serta biaya yang lebih terjangkau menjadi faktor penarik utama (Seilatuw, 2024).

Manfaat Berobat di Luar Negeri

Menurut Jeliana Seilatuw, efektivitas dan akurasi resep medis serta biaya yang lebih terjangkau menjadi faktor penarik utama. Selain itu, kemudahan komunikasi dengan tenaga medis yang fasih berbahasa Indonesia juga menjadi daya tarik tersendiri (Seilatuw, 2024). Malaysia telah lama dikenal sebagai tujuan utama wisata medis bagi warga Indonesia. Efektivitas dan akurasi resep medis serta biaya yang lebih terjangkau menjadi faktor penarik utama. Selain itu, kemudahan komunikasi dengan tenaga medis yang fasih berbahasa Indonesia juga menjadi daya tarik tersendiri (Seilatuw, 2024).

Person-Centred Care: Konsep dan Implementasi

Konsep person-centred care atau perawatan berpusat pada individu menjadi relevan dalam fenomena ini. Menurut Coulter dan Oldham (2016), person-centred care adalah pendekatan yang menganggap pasien sebagai individu dengan kebutuhan unik yang harus diakomodasi dalam perawatan medis. Ini mencakup penghormatan terhadap preferensi, nilai, dan kondisi sosial pasien. Person-centred care menekankan pentingnya partisipasi aktif pasien dalam pengambilan keputusan medis dan perencanaan perawatan mereka.

perawatan berpusat pada individu tidak hanya melihat pasien sebagai penerima pasif dari layanan kesehatan tetapi sebagai mitra aktif dalam proses penyembuhan. Ini memerlukan perubahan budaya dalam cara dokter dan pasien berinteraksi, serta integrasi pendekatan multidisiplin yang melibatkan berbagai profesional kesehatan. Implementasi person-centred care dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, memberikan rasa kontrol kepada pasien, dan memperkuat kepercayaan mereka terhadap sistem kesehatan.

Informasi dan Pengambilan Keputusan yang Terinformasi

Dalam era digital, akses terhadap informasi kesehatan menjadi lebih mudah dan meluas. Menurut Coulter (2016), pasien semakin menginginkan peran aktif dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kesehatan mereka. Akses terhadap informasi yang akurat dan terverifikasi sangat penting dalam mendukung pengambilan keputusan yang terinformasi. Situs web seperti NHS Choices menyediakan sumber informasi yang dapat dipercaya untuk pasien dan keluarganya.

Namun, tantangan muncul ketika informasi yang diperoleh dari internet tidak selalu akurat atau relevan. Oleh karena itu, profesional kesehatan harus membantu pasien dalam menyaring informasi dan memberikan penjelasan yang jelas tentang pilihan perawatan yang tersedia. Penggunaan alat bantu keputusan berbasis bukti dapat sangat membantu dalam proses ini, memungkinkan pasien untuk memahami kondisi mereka, pilihan perawatan, dan potensi hasil dari setiap pilihan.

Personalisasi dan Rencana Perawatan yang Disesuaikan

Personalisasi perawatan merupakan elemen kunci dalam person-centred care. Setiap pasien memiliki kebutuhan, preferensi, dan tujuan yang berbeda dalam manajemen kondisi kesehatan mereka. Pendekatan personalisasi melibatkan percakapan yang mendalam antara pasien dan profesional kesehatan untuk menetapkan tujuan perawatan yang spesifik dan merancang rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu.

Pendekatan ini dapat meningkatkan hasil kesehatan fisik dan psikologis, serta memperkuat kepercayaan diri pasien dalam mengelola kondisi kesehatan mereka. Namun, implementasi personalisasi perawatan memerlukan keterampilan komunikasi yang baik dan kemauan untuk beradaptasi dengan kebutuhan unik setiap pasien. Program seperti Integrated Personal Commissioning (IPC) di Inggris menawarkan model yang memungkinkan pasien dengan kebutuhan kompleks untuk memiliki anggaran individu yang dapat digunakan untuk mendukung perawatan mereka.

Keterampilan dan Sikap Profesional Kesehatan

Menerapkan person-centred care memerlukan keterampilan dan sikap baru dari profesional kesehatan. Keterampilan komunikasi yang efektif, kemampuan mendengarkan, dan keterampilan negosiasi menjadi penting dalam berinteraksi dengan pasien. Selain itu, profesional kesehatan harus mampu menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan kebutuhan individu pasien, mengakui dan mendukung kemampuan pasien untuk mengelola kesehatan mereka sendiri.

Sayangnya, masih banyak keluhan dari pasien tentang kurangnya informasi dan kesulitan dalam berkomunikasi dengan dokter atau perawat senior. Untuk mengatasi hal ini, pelatihan dan pendidikan berkelanjutan bagi profesional kesehatan harus menekankan pentingnya person-centred care dan mengintegrasikan konsep ini dalam praktik klinis sehari-hari.

Mengatasi Tantangan dan Mendorong Perubahan

Menghadapi tantangan dalam mengimplementasikan person-centred care memerlukan perubahan budaya di seluruh sistem kesehatan. Integrasi perawatan kesehatan dan sosial, koordinasi yang baik antara spesialis medis, dan pendekatan sistemik dalam penyusunan kebijakan menjadi penting untuk mencapai tujuan ini. Sistem pembayaran yang mendorong cara kerja baru dan pendekatan yang dihargai oleh pasien juga harus dipertimbangkan.

Penting untuk mengakui bahwa mengubah budaya dan praktik dalam sistem kesehatan tidaklah mudah. Namun, dengan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait, termasuk pemerintah, profesional kesehatan, dan pasien, perubahan ini dapat dicapai. Pasien dapat berperan aktif dalam merancang ulang sistem, memberikan masukan yang berharga, dan membantu menciptakan budaya yang lebih berpusat pada orang.

Integrasi dengan Falsafah 3MU

Prinsip-prinsip dalam falsafah 3MU yang dipegang teguh oleh PT Konimex, yaitu Mutu, Mudah, dan Murah, sangat relevan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Prinsip Mutu menekankan pentingnya standar mutu yang tinggi dalam pelayanan kesehatan, yang dapat dicapai melalui peningkatan fasilitas, teknologi, dan kompetensi tenaga medis. Prinsip Mudah menggarisbawahi pentingnya akses yang mudah dan cepat terhadap layanan kesehatan, yang dapat diimplementasikan melalui penyebaran tenaga medis yang merata dan pengurangan birokrasi. Prinsip Murah menekankan bahwa layanan kesehatan harus terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, yang dapat diwujudkan melalui kebijakan subsidi dan insentif pajak.

Saran Jangka Pendek dan Menengah

Dalam mengatasi fenomena ini, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah konkret dalam jangka pendek dan menengah. Dalam jangka pendek, peningkatan pelatihan komunikasi bagi tenaga medis dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pasien. Selain itu, mempercepat distribusi teknologi medis ke daerah-daerah terpencil juga menjadi prioritas untuk memperbaiki mutu pelayanan di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam jangka menengah, pemerintah perlu memperkuat program pendidikan dokter dan tenaga medis untuk menambah jumlah profesional kesehatan yang bermutu. Selain itu, memperbaiki sistem pembiayaan kesehatan melalui subsidi dan insentif pajak dapat membantu menurunkan biaya pengobatan di dalam negeri. Reformasi birokrasi untuk mempermudah akses terhadap layanan kesehatan juga perlu dilakukan agar masyarakat tidak merasa terbebani oleh prosedur yang rumit.

Penutup

Fenomena banyaknya warga Indonesia yang memilih berobat ke Malaysia dan Singapura mencerminkan berbagai masalah mendasar dalam sistem kesehatan nasional. Dari perspektif ilmu administrasi, masalah ini terkait dengan mutu pelayanan, kebijakan pemerintah, rasio tenaga medis, serta dampak ekonomi dan sosial. Person-centred care menawarkan pendekatan yang lebih manusiawi dan holistik dalam perawatan kesehatan, mengakui kebutuhan, preferensi, dan potensi setiap pasien.

Dalam mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Pemerintah perlu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, melakukan reformasi kebijakan, memperkuat infrastruktur kesehatan, meningkatkan jumlah tenaga medis, dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan nasional. Dengan demikian, Indonesia dapat memiliki sistem kesehatan yang lebih baik dan dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat, mengurangi keinginan warga untuk berobat ke luar negeri, dan meningkatkan mutu hidup secara keseluruhan.

Mengutip pepatah lama, “sebatang lidi mudah dipatahkan, tetapi serumpun lidi akan sulit dikalahkan.” Dengan kerjasama dan komitmen semua pihak, kita bisa membangun sistem kesehatan yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam perjalanan menuju perubahan, marilah kita tetap teguh pada prinsip-prinsip kebaikan dan keberanian, sebagaimana air yang terus mengalir, selalu menemukan jalannya meski terhalang oleh batu-batu keras.

Related posts