Oleh. Hj. Nurhikmah, SST, M.Kes., FSIQua
Di era disrupsi teknologi 4.0, sektor pertanian Indonesia menghadapi berbagai tantangan besar yang memerlukan perhatian serius. Teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara kerja dan interaksi manusia di berbagai sektor, termasuk pertanian. Sektor ini, yang selama ini menjadi salah satu pilar utama dalam penyediaan pangan, pengentasan kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja, kini harus beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan teknologi untuk tetap relevan dan efektif.
Penyuluh pertanian, sebagai ujung tombak dalam penyebaran informasi dan teknologi kepada petani, menghadapi tugas berat dalam mengimbangi kemajuan ini. Di satu sisi, teknologi digital memberikan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyuluhan. Namun, di sisi lain, teknologi ini juga menuntut keterampilan baru dan adaptasi yang cepat dari para penyuluh. Penyuluh pertanian kini tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis tentang budidaya tanaman, tetapi juga harus menguasai teknologi informasi dan komunikasi.
Digitalisasi dalam pertanian membawa banyak manfaat. Dengan adanya teknologi digital, penyuluh dapat menyampaikan informasi dengan lebih cepat dan akurat. Data mengenai kondisi tanah, cuaca, dan kebutuhan tanaman dapat diakses secara real-time, memungkinkan petani untuk mengambil keputusan yang lebih tepat dan efisien. Selain itu, teknologi digital juga memungkinkan penyuluh untuk mengadakan pelatihan dan bimbingan secara online, yang dapat menjangkau lebih banyak petani di berbagai lokasi.
Namun, digitalisasi juga membawa tantangan baru. Banyak penyuluh yang masih kurang percaya diri dalam menggunakan teknologi digital. Mereka merasa kesulitan dalam mengoperasikan perangkat digital dan mengakses informasi secara online. Kurangnya pelatihan dan dukungan operasional juga menjadi kendala besar. Penyuluh pertanian seringkali harus mengeluarkan biaya sendiri untuk mengakses internet atau membeli perangkat teknologi yang diperlukan.
Di Kalimantan Selatan, tantangan ini semakin kompleks dengan kondisi lokal yang unik. Kalimantan Selatan memiliki wilayah yang luas dan beragam, dengan akses yang tidak merata terhadap teknologi dan infrastruktur. Banyak daerah di Kalimantan Selatan yang masih sulit dijangkau, sehingga penyuluh pertanian harus bekerja ekstra keras untuk menjangkau petani di daerah-daerah terpencil.
Selain itu, digitalisasi juga membawa perubahan dalam cara penyuluhan dilakukan. Penyuluh kini harus mampu menggunakan media sosial dan platform digital lainnya untuk menyampaikan informasi kepada petani. Mereka harus bisa membuat konten yang menarik dan informatif, serta mampu berinteraksi dengan petani melalui media online. Ini membutuhkan keterampilan baru yang tidak semua penyuluh miliki.
Tantangan lainnya adalah dukungan operasional yang dirasa kurang memadai. Banyak penyuluh yang mengeluhkan minimnya anggaran untuk operasional sehari-hari. Dana yang diberikan seringkali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti biaya transportasi dan akses internet. Hal ini membuat penyuluh harus mengeluarkan biaya pribadi untuk menjalankan tugasnya, yang tentu saja menjadi beban tambahan.
Selain itu, digitalisasi juga membawa beban administratif yang semakin berat. Banyak aplikasi dan sistem digital yang harus dioperasikan oleh penyuluh, yang seringkali justru menambah pekerjaan administratif mereka. Hal ini membuat mereka kurang fokus pada tugas utama, yaitu memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani. Beban administratif ini juga berdampak pada produktivitas dan efektivitas penyuluhan.
Di tengah tantangan tersebut, penting bagi penyuluh pertanian untuk tetap berpegang pada pendekatan humanis dalam menjalankan tugasnya. Meskipun teknologi digital dapat membantu dalam menyampaikan informasi, interaksi langsung antara penyuluh dan petani tetap tidak tergantikan. Penyuluh perlu memahami kondisi dan kebutuhan petani secara langsung, dan memberikan bimbingan serta dukungan yang personal.
Pendekatan humanis ini sangat penting terutama di Kalimantan Selatan, di mana banyak petani yang masih mengandalkan metode tradisional dalam bertani. Penyuluh harus mampu menjembatani kesenjangan antara teknologi modern dan praktik tradisional, serta membantu petani untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Mereka harus bisa menjelaskan manfaat teknologi digital dengan cara yang mudah dipahami oleh petani, dan memberikan contoh konkret tentang bagaimana teknologi tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka.
Selain itu, penyuluh juga perlu membangun jejaring kerjasama yang kuat dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga penelitian, dan sektor swasta. Kerjasama ini penting untuk mendapatkan dukungan dan sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan tugas penyuluhan. Penyuluh juga perlu terus meningkatkan kapasitas dan kompetensinya melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, agar dapat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi yang cepat.
Di era digitalisasi ini, peran penyuluh sebagai fasilitator juga semakin penting. Penyuluh harus mampu menghubungkan petani dengan sumber informasi dan teknologi yang mereka butuhkan. Mereka harus bisa memberikan rekomendasi yang tepat berdasarkan data dan informasi yang akurat, serta membantu petani dalam mengakses berbagai layanan yang tersedia. Penyuluh juga perlu menjadi mediator yang baik, yang dapat menghubungkan petani dengan berbagai stakeholder, termasuk pemerintah dan sektor swasta.
Selain itu, penyuluh juga harus memiliki kemampuan untuk berinovasi dan beradaptasi dengan cepat. Mereka harus bisa memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efektivitas penyuluhan, misalnya dengan menggunakan aplikasi pertanian atau platform online untuk menyampaikan informasi. Penyuluh juga harus kreatif dalam mencari solusi untuk berbagai masalah yang dihadapi petani, dan selalu terbuka terhadap ide-ide baru.
Di Kalimantan Selatan, inovasi dan adaptasi ini sangat penting, mengingat kondisi geografis dan sosial yang beragam. Penyuluh harus bisa menyesuaikan metode penyuluhan dengan kondisi lokal, dan mencari cara-cara yang efektif untuk menjangkau petani di daerah-daerah terpencil. Mereka juga harus mampu mengatasi berbagai hambatan, seperti keterbatasan akses teknologi dan infrastruktur, serta minimnya dukungan operasional.
Pada akhirnya, peran penyuluh pertanian di era disrupsi ini tidak hanya sebatas penyebar informasi, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mampu membawa petani menuju pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan. Penyuluh harus bisa menginspirasi dan memotivasi petani untuk terus belajar dan berinovasi, serta membantu mereka dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi.
Di Kalimantan Selatan, keberhasilan penyuluhan pertanian akan sangat bergantung pada kemampuan penyuluh dalam mengadaptasi teknologi digital dan mengatasi berbagai tantangan lokal. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan sektor swasta, juga sangat penting untuk memastikan keberhasilan program penyuluhan. Dengan pendekatan yang tepat dan kerjasama yang baik, penyuluh pertanian dapat memainkan peran kunci dalam meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani di Kalimantan Selatan, serta mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Indonesia.
Sebagai implikasi dari analisis ini, pemerintah daerah di Kalimantan Selatan perlu memberikan perhatian lebih pada peningkatan kapasitas penyuluh pertanian melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan. Penyuluh juga perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk akses terhadap teknologi digital dan dukungan operasional yang cukup. Selain itu, perlu ada upaya untuk mengurangi beban administratif yang dihadapi penyuluh, sehingga mereka dapat lebih fokus pada tugas utama mereka dalam memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani.
Penting juga untuk membangun kerjasama yang erat antara berbagai stakeholder, termasuk pemerintah, lembaga penelitian, sektor swasta, dan komunitas petani. Kerjasama ini akan membantu dalam menyediakan sumber daya dan dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas penyuluhan. Penyuluh juga perlu didorong untuk terus berinovasi dan mencari cara-cara baru untuk menyampaikan informasi dan teknologi kepada petani.
Di Kalimantan Selatan, pendekatan yang humanis dan personal sangat penting. Penyuluh perlu memahami kondisi dan kebutuhan petani secara langsung, serta memberikan bimbingan dan dukungan yang sesuai. Mereka juga perlu menjembatani kesenjangan antara teknologi modern dan praktik tradisional, serta membantu petani untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Dengan semua upaya ini, diharapkan penyuluh pertanian di Kalimantan Selatan dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Mereka dapat membantu petani untuk mengadopsi teknologi baru, meningkatkan produktivitas, dan mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi. Pada akhirnya, ini akan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan petani dan pembangunan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Kalimantan Selatan.