Pelopor Wiratama MBD – Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, PSDKU Unpatti di Kabupaten Maluku Barat Daya menggelar kuliah tamu dengan bertajuk tema “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal”. Acara yang diadakan di Aula PSDKU pada Senin pagi ini (24/06/2024) dihadiri oleh berbagai tokoh penting dalam dunia pendidikan setempat.
Turut hadir dalam kegiatan ini adalah Ketua Program Studi PGSD PSDKU MBD, Dra. Sarah Sahetapy, M.Pd., narasumber utama Prof. Dr. Marleny Leasa, M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maluku Barat Daya Robert Japeky, S.PdK., Gr., M.Pd., Ketua Koordinator Akademik PSDKU Kabupaten Maluku Barat Daya Andi S.K. Dahoklory, S.Pd., M.Si., M.Pd., Ketua Penanggung Jawab Kegiatan Dovila Johansz, M.Pd., serta dosen dan mahasiswa.
Prof. Dr. Marleny Leasa, M.Pd. dalam pemaparannya menekankan pentingnya sistem pengetahuan lokal atau kearifan lokal sebagai bagian integral dari pengembangan bahan ajar. “Kearifan lokal adalah konsep yang mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat lokal, yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam bentuk cerita rakyat, ritual, legenda, lagu daerah, hingga hukum adat,” jelas Prof. Leasa.
Pentingnya kearifan lokal dalam dunia pendidikan. Ia menyebutkan bahwa kearifan lokal mencakup konsep pengetahuan dan fenomena yang terjadi di masyarakat lokal, serta diwariskan secara turun-temurun melalui cerita rakyat, ritual, legenda, lagu daerah, hingga hukum adat. “Kearifan lokal bukan hanya warisan budaya, tetapi juga merupakan local genius yang menjadi identitas budaya bangsa,” ujarnya.
Prof. Marleny juga menekankan bahwa etnosains, atau pengetahuan yang diperoleh dari norma dan kepercayaan masyarakat adat, memainkan peran penting dalam pembelajaran sains. “Pendekatan etnosains mengaitkan konten pembelajaran dengan budaya setempat, menjadikannya lebih relevan dan mudah dipahami oleh siswa,” tambahnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maluku Barat Daya, Robert Japeky, S.PdK., Gr., M.Pd., dalam pemaparannya menggarisbawahi bahwa pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal tidak hanya memperkaya pengetahuan siswa tetapi juga memperkuat identitas budaya dan karakter mereka. “Mengintegrasikan kearifan lokal dalam bahan ajar membantu siswa lebih mudah memahami dan menghargai budaya serta nilai-nilai yang ada di lingkungan sekitar mereka,” ujar Japeky.
Ia menyatakan bahwa integrasi kearifan lokal dalam kurikulum dapat memperkaya pengetahuan siswa serta menguatkan identitas budaya dan karakter mereka. “Pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal bukan hanya memperkaya pengetahuan siswa, tetapi juga menguatkan identitas budaya dan memperkokoh karakter mereka,” kata Japeky.
Japeky juga menjelaskan bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang kewenangan pemerintah pusat, pemerintahan provinsi, dan Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah kabupaten memiliki kewenangan mengelola 396 sekolah, termasuk 183 TK/PAUD, yang tersebar di 17 kecamatan dan 117 desa di 16 pulau dengan beragam kearifan lokal. Salah satu kekuatan budaya yang dibanggakan adalah Snyoli Lyeta di bumi Kalwedo.”tambahnya.
Di tengah keberagaman kultur di Maluku Barat Daya, kearifan lokal menjadi salah satu kekuatan utama. Japeky menekankan bahwa pemahaman pendidikan yang mendalam dan penghargaan terhadap kearifan lokal adalah kunci untuk menjadi guru profesional. “Menjadi guru adalah pekerjaan profesional yang unik, dan memahami kearifan lokal adalah bagian integral dari profesi ini,” tutupnya.
Acara ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi mahasiswa dan para pendidik dalam mengembangkan bahan ajar yang tidak hanya relevan tetapi juga memperkuat identitas budaya melalui pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai lokal.(PW.19)