Penulis:
1. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.Ns.,M.Kep.,FIHFAA, FISQua, FRSPH
2. Dr. dr. Ratna Indrawati,. Dk.MKes,. CIQNR,. FRSPH,. FIHFAA,. FISQua
3. Kol. Laut Dr. dr. Hisnindarsyah, MSc, MH, C.FEM, FISQua, FRSPH
Pengantar
Dalam sepuluh tahun terakhir, paradigma kesehatan berubah dari pasien sebagai penerima pasif informasi menjadi mitra aktif dalam perawatannya, sesuai dengan konsep “Patient-Centered Care”. Ini sesuai dengan prinsip Hippocrates yang menyatakan pentingnya kenyamanan dan kesejahteraan pasien. Pada “World Patient Safety Day” tahun 2023, kita diingatkan untuk melibatkan pasien dan keluarga sebagai bagian dari tim medis. Ahli kualitas perawatan kesehatan, Don Berwick, menegaskan bahwa melibatkan pasien dapat meningkatkan kepuasan dan keselamatan mereka. Namun, ada tantangan dalam keterlibatan pasien walaupun mereka ingin terlibat. Untuk memahami kompleksitas keterlibatan pasien, kita perlu melihat dari sudut pandang ekosistem kesehatan dan trajektori perawatan keseluruhan. Institute of Medicine (IOM) juga menekankan kolaborasi antara pasien dan profesional kesehatan. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan pentingnya melihat pasien sebagai kolaborator yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Pentingnya keterlibatan pasien dan keluarga dalam pelayanan kesehatan.
Pasien vs Individu:
Seorang pasien adalah individu yang menerima layanan kesehatan, namun tetap memiliki identitas pribadi. Peran “pasien” hanya muncul saat berhubungan dengan layanan kesehatan, sementara “individu” mencakup identitas, budaya, dan sejarahnya. Pentingnya membedakan ini terlihat dalam konsep Person-Centered Care (PCC) yang menekankan pada penghormatan terhadap keunikan setiap orang. PCC ingin melibatkan pasien dalam keputusan perawatan mereka.
Istilah “pemberdayaan pasien” dalam PCC menunjukkan upaya memberi pasien informasi dan hak untuk berpartisipasi aktif dalam perawatannya. Meski sebagai individu, pasien bisa kuat dan otonom, tetapi dalam situasi medis, bisa ada penurunan kekuasaan. PCC bertujuan mengatasi ketidakseimbangan ini dengan memberdayakan pasien.
Konsep PCC berpendapat bahwa pasien memiliki otonomi dalam hidup sehari-hari dan harus aktif dalam perawatannya. Pendekatan ini mendapat dukungan dari ahli seperti Carl Rogers yang menekankan pendekatan terapeutik berpusat pada klien. Banyak ahli kesehatan juga mendukung keterlibatan aktif pasien untuk hasil yang lebih baik.
Mengapa Keterlibatan Pasien dan Keluarga Penting?
Enhancing Patient Condition Understanding
Pemahaman mendalam tentang pasien esensial untuk perawatan kesehatan berkualitas. Dr. Michael Barry menekankan pentingnya melibatkan pasien sebagai mitra dalam perawatan, memberikan wawasan tentang kondisi mereka. Komunikasi yang baik antara pasien, keluarga, dan tim medis krusial untuk memahami aspek unik tiap pasien. Pendekatan “Patient-Centered Care” oleh Dr. Donald Berwick menempatkan pasien dan keluarga di tengah perawatan, memastikan rencana yang lebih efektif. Dr. Rita Charon menyarankan untuk mendengarkan cerita pasien untuk pemahaman yang lebih dalam tentang konteks mereka. Manfaat dari pemahaman ini meliputi diagnosa yang akurat dan rencana perawatan yang tepat. Model Keterlibatan Pasien menekankan edukasi dan kolaborasi untuk meningkatkan pemahaman kondisi pasien.
Shared Decision-Making
Keputusan bersama dalam perawatan kesehatan ditekankan dalam model “Shared Decision-Making” oleh Charles C. Engel, yang melihat pasien sebagai mitra aktif dalam keputusan perawatannya. Engel berpendapat bahwa pasien memiliki pemahaman khusus tentang nilai dan harapannya. Mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan memungkinkan perawatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini sesuai dengan “Patient-Centered Care” oleh Donald Berwick, yang mendorong pemberdayaan pasien dalam perawatannya, menciptakan hubungan kesehatan yang seimbang. Dari sisi hukum dan etika, konsep ini didukung oleh prinsip seperti “informed consent” dan penghormatan terhadap otonomi pasien. Keuntungannya adalah meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pasien, serta pelayanan kesehatan yang lebih berpusat pada pasien.
Patient Safety
Keselamatan pasien adalah prioritas dalam pelayanan kesehatan. Donald Berwick menekankan pentingnya melibatkan pasien dan keluarga untuk mengurangi kesalahan medis, menganggap mereka sebagai sekutu dalam pencegahan kesalahan. Lucian Leape berpendapat bahwa komunikasi terbuka antara pasien, keluarga, dan tim medis dapat mencegah kesalahan. Robert Wachter memandang pasien sebagai pengawas tambahan dalam perawatan mereka, sementara James Reason menyoroti pentingnya mencegah kesalahan dalam pelayanan kesehatan. Kesimpulannya, keterlibatan aktif pasien dan keluarga dapat mengurangi risiko kesalahan medis dan komplikasi.
Elevated Patient Satisfaction
Peningkatan kepuasan pasien merupakan elemen krusial dalam perawatan kesehatan. Konsep ini terkandung dalam “Patient-Centered Care” oleh Dr. Donald Berwick yang menekankan pentingnya memperhatikan kebutuhan dan aspirasi pasien. Pasien yang terlibat aktif dalam proses perawatan akan lebih patuh dan mendapatkan hasil kesehatan yang lebih baik. Pendekatan ini sejalan dengan teori komunikasi kesehatan Dr. Howard Leventhal yang menyatakan bahwa pasien yang terlibat akan berkomunikasi lebih efektif dengan tim medis. Selain itu, pendekatan “Value-Based Healthcare” oleh Profesor Michael E. Porter menekankan penciptaan nilai bagi pasien, termasuk kepuasan mereka. Peningkatan kepuasan pasien menguntungkan baik untuk pelayanan kesehatan maupun pasien, seperti kualitas layanan yang lebih baik dan reputasi positif bagi lembaga kesehatan. Beryl Institute juga menyoroti pentingnya memahami ekspektasi pasien untuk memberikan pengalaman positif
Emotional Support and Stress Reduction
Pengurangan kecemasan dan stres adalah kunci dalam perawatan kesehatan, terutama dalam kerangka teori psikologis kognitif-behavioral oleh Aaron T. Beck. Teori ini menunjukkan bahwa pemikiran dan emosi mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Pasien sering stres karena ketidakpastian masalah kesehatan, namun dukungan keluarga dapat mengurangi pikiran negatif dan menurunkan stres sesuai prinsip terapi kognitif-behavioral.
Teori Attachment oleh John Bowlby menegaskan pentingnya dukungan keluarga untuk kesejahteraan individu. Pasien dengan dukungan keluarga merasa kurang cemas dan lebih terikat emosional, yang membantu dalam tantangan kesehatan.
Psikologi positif, yang dipelopori oleh Martin Seligman, menggarisbawahi peran dukungan emosional dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Dukungan dari keluarga dapat mendorong pandangan positif, ketahanan, dan perasaan kesejahteraan. Ini menunjukkan betapa pentingnya mengurangi kecemasan melalui dukungan keluarga dalam perawatan kesehatan.
Akhirnya, manfaat dari dukungan emosional termasuk kualitas hidup yang lebih baik, pemulihan yang lebih cepat, dan biaya perawatan yang lebih rendah. Teori Dukungan Sosial oleh Berkman dan Glass menekankan peran dukungan emosional untuk kesejahteraan individu, membantu pasien mengatasi tantangan kesehatan.
Transparency in Healthcare
Peningkatan transparansi dalam perawatan kesehatan ditekankan dalam berbagai model. “Pengambilan Keputusan Bersama” oleh Charles Elwyn dan Michael J. Barry menyarankan pasien untuk memiliki akses penuh ke informasi medis dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Model “Chronic Care” oleh Edward H. Wagner mengutamakan transparansi informasi tentang penyakit kronis. “Rumah Sakit Berpusat pada Pasien” yang dipromosikan oleh Paul Grundy menekankan komunikasi terbuka dan akses pasien ke catatan medis mereka. Transparansi bukan hanya etika, tetapi juga penting untuk meningkatkan partisipasi pasien dan hasil kesehatan. Manfaat transparansi meliputi peningkatan kepercayaan, identifikasi masalah dengan cepat, dan akuntabilitas lembaga kesehatan. Model Transparansi Pelayanan Kesehatan menyoroti komunikasi jelas kepada pasien mengenai pelayanan dan biayanya.
Long-Term Care Management
Pengelolaan Perawatan Jangka Panjang adalah elemen krusial dalam pelayanan kesehatan, terutama bagi pasien dengan kondisi kronis. Model Chronic Care oleh Ed Wagner menyoroti kepentingan kerja sama antara pasien, keluarga, dan tim medis untuk perawatan yang lebih efektif dan terintegrasi. Model ini berfokus pada pendekatan yang berpusat pada pasien, di mana pasien bukan hanya penerima perawatan, tetapi juga sebagai mitra aktif dalam perawatan mereka. Keterlibatan keluarga memberikan dukungan baik praktis maupun emosional bagi pasien, menghadapi stres dan kecemasan. Manfaat utama model ini adalah pengelolaan kondisi kronis yang lebih efisien, dengan hasil peningkatan kualitas hidup pasien.
Tantangan yang mungkin dihadapi.
Effective Communication
Komunikasi efektif adalah esensial dalam perawatan kesehatan. Hambatan seperti bahasa medis yang kompleks harus diatasi dengan “Health Literacy”, yang menekankan penyampaian informasi kesehatan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tenaga medis harus menghindari istilah medis rumit, menggunakan bahasa yang jelas, dan memberikan contoh yang konkret. Penting pula untuk menyesuaikan komunikasi dengan tingkat literasi kesehatan pasien, yang mungkin melibatkan penggunaan alat visual. Pelatihan komunikasi bagi tenaga medis sangat bermanfaat. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan perawatan inklusif dimana pasien dan keluarga memahami informasi dan berpartisipasi dalam keputusan perawatan, sesuai dengan prinsip “Patient-Centered Care”.
Cultural and Values Differences
Untuk mengatasi perbedaan budaya dan nilai dalam layanan kesehatan, model “Cultural Competence” oleh Campinha-Bacote bisa diterapkan. Pendekatan ini melibatkan pelatihan staf medis tentang keragaman budaya dan memfasilitasi komunikasi terbuka antara pasien, keluarga, dan penyedia layanan. Penyediaan sumber daya tambahan seperti penerjemah juga penting. Langkah-langkah praktis meliputi pelatihan reguler untuk staf, sumber daya komunikasi tambahan, dan lingkungan yang mendukung keberagaman budaya. Dengan ini, perbedaan budaya menjadi kekayaan, bukan hambatan, dalam perawatan kesehatan.
Varied Patient Engagement
Untuk menghadapi variasi keterlibatan pasien, pendekatan Shared Decision Making (Pengambilan Keputusan Bersama) sangat efektif. Model ini, yang dibuat oleh ahli kesehatan seperti Charles L. Bennett dan Angela Fagerlin, menekankan kerja sama antara pasien dan penyedia layanan kesehatan dalam membuat keputusan perawatan.
Pasien yang lebih memilih mengikuti anjuran medis harus diberi informasi yang mudah dimengerti. Penyedia layanan harus memastikan pasien paham dan nyaman dengan pilihan keterlibatan mereka. Bagi pasien yang ingin lebih aktif, model ini menyediakan kerangka kerja untuk partisipasi aktif mereka, memberikan informasi lengkap tentang pilihan, risiko, dan manfaat perawatan serta mendengar kekhawatiran dan keinginan pasien.
Dalam praktiknya, penyedia layanan kesehatan harus mengasah kemampuan komunikasi mereka dan menggunakan alat bantu keputusan bersama. Pelatihan dalam alat komunikasi yang mendukung dialog terbuka sangat penting. Dengan pendekatan ini, pasien merasa lebih didengar dan terlibat dalam keputusan kesehatannya, meningkatkan kualitas dan hasil perawatan.
Inequality in Access to Information
Untuk mengatasi ketidaksetaraan akses informasi, kita bisa menerapkan teori Health Literacy oleh Michael Paasche-Orlow. Ini menyarankan penggunaan bahasa sederhana dan materi edukasi yang mudah dimengerti. Praktiknya, kita bisa menyajikan informasi kesehatan melalui infografis atau video pendek. Tenaga medis harus berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dan memberi kesempatan bagi pasien untuk bertanya. Pendekatan lainnya adalah skrining literasi kesehatan saat pendaftaran pasien untuk mengenali mereka dengan literasi rendah dan memberikan perawatan sesuai kebutuhan. Dengan menerapkan konsep Health Literacy, kita bisa mengatasi ketidaksetaraan akses informasi di bidang kesehatan
Privacy and Security Issues:
Untuk mengatasi isu privasi dan keamanan dalam perawatan kesehatan, dianjurkan mengadopsi pendekatan berbasis teori dari ahli privasi dan etika medis. Salah satunya adalah “Privacy by Design” dari Ann Cavoukian, yang mendorong privasi sebagai prioritas dalam sistem kesehatan melalui teknologi enkripsi, pengaturan akses ketat, dan pelatihan staf. Selanjutnya, konsep “Informed Consent” oleh Beauchamp dan Childress menekankan pentingnya memberi edukasi pasien tentang penggunaan data mereka dan memberi kesempatan bagi pasien untuk memberi atau menolak izin. Langkah ini membangun kepercayaan antara pasien dan penyedia layanan kesehatan.
Limited Resources:
Untuk menghadapi keterbatasan sumber daya di bidang kesehatan, pendekatan “Value-Based Healthcare” oleh Michael E. Porter menekankan efisiensi dalam memaksimalkan nilai bagi pasien. Fasilitas kesehatan harus mengoptimalkan alokasi sumber daya, seperti menggunakan teknologi informasi untuk efisiensi, merencanakan jadwal dengan baik, serta menyediakan materi edukasi yang mudah diakses. Kolaborasi dengan organisasi non-profit dan strategi penggalangan dana juga bisa membantu meningkatkan sumber daya. Hal ini memastikan pelayanan terbaik bagi pasien meskipun dengan sumber daya yang terbatas.
Penutup
Dalam era perawatan kesehatan modern, keterlibatan pasien dan keluarga sangat penting untuk meningkatkan standar pelayanan. Artikel tersebut menyoroti aspek-aspek utama seperti komunikasi yang efektif, pengakuan terhadap perbedaan budaya dan nilai, variasi keterlibatan pasien, masalah akses informasi, privasi, keamanan, dan keterbatasan sumber daya. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, perlu ada komunikasi efektif antara pasien, keluarga, dan tim medis, serta pemahaman akan keragaman budaya dan nilai. Ketidaksetaraan dalam akses informasi dan keterbatasan sumber daya harus diatasi. Pendekatan ini melibatkan pelatihan profesional kesehatan, investasi dalam teknologi yang menjaga privasi pasien, dan alokasi sumber daya yang tepat. Dengan demikian, kita dapat menciptakan pelayanan kesehatan berkualitas untuk semua.
Referensi: Dari berbagai sumber