Kepri, PW: Banyak yang bilang, tidur saat bulan puasa merupakan salah satu ibadah. Namun jika tidur terus menerus tanpa melakukan kegiatan apa-apa hal tersebut juga menjadikan puasanya tidak bermakna. Mengisi waktu di bulan puasa agar bernilai ibadah tidak hanya diisi dengan kegiatan spiritual. Namun bisa dilakukan dengan mengisi kegiatan lain yang bernilai positif. Seperti halnya yang dilakukan oleh RSAL dr. Midiyato Suratani, dalam rangka bertujuan untuk meningkatkan mutu di bidang tindakan kemoterapi. Melalui peningkatan kompetensi petugas tenaga kesehatan, memasuki hari kedua bulan puasa, ( Rabu, 14 April 2021).
Bertempat di ruang Gedung Serba Guna (GSG) Pulau Serasan Rumkital dr. Midiyato Suratani diselenggarakan kegiatan pelatihan operator peracikan dan handling obat kemoterapi yang dikhususkan bagi tenaga kefarmasian dan perawat di Rumkital dr. Midiyato Suratani. Dengan diisi metode pembelajaran diantaranya, melalui ceramah dengan audiovisual, praktek lapangan dan peracikan obat kemoterapi.
Hadir sebagai Narasumber adalah ibu Amitasari Damayanti, M.Sc.,Apt yang menjabat sebagai Kasi Gudang Kefarmasian Rumah Sakit TNI Angkatan Laut dr. Ramelan.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakamed Kolonel Laut (K) dr. Jan Arif Kadarman, Sp.P, Kapokli Kolonel Laut (K) dr. Imam Hidayat, Sp.S.,FINA, Kadepfar Kolonel Laut (K) Drs. Amir Agus Said, Apt.,M.Kes dan para Kadep serta Komandan Satuan Markas RSAL dr. Midiyato Suratani. Termasuk para tenaga kefarmasian serta perawat di RSAL dr. Midiyato Suratani.
Kegiatan diawali dengan pembukaan, kemudian penanyangan safety briefing, pembacaan doa, sambutan dari Karumkital dr. Midiyato Suratani diwakili oleh Wakamed, foto bersama. Dilanjutkan acara pelatihan yaitu penyampaian materi teori dan praktek di hari pertama. Selanjutnya, praktek peracikan obat kemoterapi dan penutupan di hari kedua.
Dalam sambutan Karumkital dr. Midiyato Suratani, Kolonel Laut (K) dr. Tanto Budiharto, Sp.JP.,M.A.R.S yang dibacakan oleh Wakamed, menjelaskan apa itu kemoterapi, bagaimana kemampuan peracikan obat kemoterapinya dan menekankan hal-hal penting dalam proses peracikan obat, antara lain, standar minimum untuk personil, fasilitas, kebersihan, peralatan dan dokumentasi peracikan obat. Selain itu kurang terjaganya kebersihan dapat menimbulkan interaksi dengan bahan obat yang sudah diracik dan yang akan diracik. Hal ini jika tidak diperhatikan akan dapat berpotensi menimbulkan error. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan agar tenaga farmasi dan perawat dapat terampil sebagai operator peracik kemoterapi, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan adanya kejadian, kesalahan yang terjadi pada proses peracikan.
Diselenggarakannya kegiatan pelatihan ini bagi tenaga kefarmasian dan perawat di RSAL dr. Midiyato Suratani, salah satunya adalah agar para tenaga kesehatan tersebut memiliki pengetahuan yang memadai. Sehingga lebih mengetahui tentang resiko yang dapat terjadi dan memastikan penanganan obat sitostatika yang aman.
Diberikannya pelatihan selama dua hari tersebut hal ini sangat diperlukan untuk peningkatan mutu di bidang tindakan kemoterapi melalui peningkatan kompetensi petugas tenaga kesehatan. ( MJA/Humas MDT)