Oleh. Dr. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA (Reviewer Jurnal PRAJA Observer: Jurnal Penelitian Administrasi Publik)
Pendahuluan
Di tengah riak gelombang kehidupan yang tak pernah berhenti, filsafat stoikisme menawarkan pelabuhan tenang yang mengajarkan seni mengendalikan emosi dan menjalani hidup dengan bijaksana. Diciptakan oleh Zeno dari Citium pada abad ke-3 SM dan diperhalus oleh Seneca, Epictetus, serta Marcus Aurelius, stoikisme membuka jalan menuju ketenangan batin dan kebahagiaan sejati. Di tengah dunia yang semakin kompleks ini, ajaran stoikisme memberikan kita alat untuk mengarungi samudra ketidakpastian dengan keberanian dan kebijaksanaan.
Konsep Dasar Stoikisme
Stoikisme menguraikan pemikiran filosofisnya dalam tiga cabang besar: fisika, logika, dan etika. Menurut buku Di Mana Letak Kebahagiaan? oleh Edison dan Kristoforus (2024), fisika mencakup segala sesuatu yang dapat dipikirkan dan dirasakan, logika mencari kriteria kebenaran dalam hidup, dan etika memperkenalkan tujuan akhir kehidupan. Selain itu, metafisika dalam stoikisme mencakup konsep-konsep yang melampaui realitas fisik. Teori stoikisme menurut Salzegber (2024) adalah ajaran tentang kebajikan yang berfokus pada kendali diri demi mencapai kebahagiaan. Dengan menekankan pada kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan kontrol diri, stoikisme mengarahkan manusia menuju kehidupan yang harmonis dan penuh makna.
Henry Manampiring (2024) mendefinisikan kebahagiaan dalam stoikisme sebagai sikap logis negatif yang berarti jiwa manusia yang damai dan tenang berasal dari ketiadaan penderitaan, emosi negatif, serta kemampuan untuk mengendalikan nafsu-nafsu destruktif. Kebahagiaan sejati muncul dari hati yang fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan dan bersifat rasional. Stobeo dan Michael de Efeso sependapat bahwa kebahagiaan adalah hidup yang selaras dengan kodrat dan kebajikan. Filsafat ini mencari makna dan keindahan dalam kehidupan, menekankan bahwa kebahagiaan sejati adalah hasil dari kehidupan yang berbudi luhur.
Kebahagiaan dalam Stoikisme
Dalam pandangan stoikisme, kebahagiaan adalah sebuah kondisi batin yang bebas dari gangguan emosional dan didapatkan melalui praktik kebajikan. Kebahagiaan bukanlah hasil dari kepemilikan materi atau pujian dari orang lain, melainkan dari keselarasan batin dan kemampuan untuk menjalani hidup sesuai dengan prinsip kebajikan. Stoikisme mengajarkan bahwa manusia memiliki potensi besar dan nilai yang signifikan, yang pantas dihormati oleh diri sendiri dan orang lain. Filosofi ini menekankan bahwa manusia dianugerahi akal budi yang rasional dan kemampuan pengetahuan untuk memahami serta menafsirkan dunia sosial dan alam semesta.
Teori stoikisme menurut Salzegber adalah ajaran mengenai kebajikan yang berfokus pada apa yang dapat dikontrol sendiri demi mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan sejati dalam stoikisme muncul dari hati dengan fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan dan bersifat rasional. Kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan kontrol diri adalah pilar-pilar kebajikan yang harus diasah untuk mencapai kebahagiaan sejati. Filsafat ini mencari arti dan keindahan dalam kehidupan, menunjukkan identitas kebahagiaan yang dimaksud adalah hidup dalam kebajikan.
Implementasi Stoikisme di Era Digital
Di era digital yang serba cepat dan penuh tekanan, stoikisme menawarkan panduan yang sangat relevan. Menurut kanal.psikologi Universitas Gadjah Mada (2024), stoikisme membantu kita mengontrol emosi negatif dan berfokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan. Prinsip “Dichotomy of Control” mengajarkan kita untuk memisahkan hal-hal yang berada dalam kendali kita dan di luar kendali kita. Di tengah derasnya arus informasi dan teknologi yang sering kali menjadi sumber stres, stoikisme mengajarkan kita untuk fokus pada respons kita terhadap situasi tersebut, bukan pada situasinya sendiri.
Stoikisme mengajarkan kita untuk mengendalikan diri saat menggunakan teknologi, menekankan kebahagiaan internal yang berasal dari sikap dan pikiran sendiri, serta menghadapi tantangan dengan ketenangan dan kebijaksanaan. Sebagai contoh, dalam menggunakan media sosial, kita dapat memilih untuk tidak terpengaruh oleh komentar negatif atau berita yang memicu emosi negatif. Sebaliknya, kita dapat menggunakan platform tersebut untuk tujuan positif, seperti berbagi pengetahuan dan inspirasi, meningkatkan hubungan, dan berkolaborasi dengan orang lain.
Mengendalikan diri saat menggunakan teknologi, menekankan kebahagiaan internal yang berasal dari sikap dan pikiran sendiri, serta menghadapi tantangan dengan ketenangan dan kebijaksanaan adalah beberapa prinsip stoikisme yang dapat diterapkan di era digital. Dengan teknologi yang terus berkembang dan informasi yang terus mengalir tanpa henti, stoikisme mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang dapat kita kontrol, seperti bagaimana kita menanggapi berita dan informasi, dan tidak terbawa oleh hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan.
Cara Menerapkan Stoikisme dalam Kehidupan Sehari-hari
Menghayati stoikisme dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, fokus pada hal yang bisa dikendalikan. Alihkan perhatian dan energi pada hal-hal yang berada dalam kendali kita, seperti sikap, reaksi, dan usaha kita. Menghindari stres berlebihan akibat hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan akan membantu kita menjaga ketenangan batin. Prinsip ini mengajarkan kita untuk tidak membuang-buang waktu dan energi pada hal-hal yang tidak dapat kita ubah, melainkan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan memberikan dampak positif bagi kehidupan kita.
Bersikap optimis namun realistis adalah cara lain untuk menerapkan stoikisme. Harapkan yang terbaik, tapi antisipasi hal terburuk. Pendekatan ini membantu kita menetapkan ekspektasi yang seimbang dan mengurangi kekecewaan. Dengan bersikap realistis, kita dapat menerima kenyataan hidup tanpa terlalu terpengaruh oleh harapan yang tidak realistis. Prinsip memento mori, yang berarti ingatlah kematian, juga penting dalam stoikisme. Ingatlah kematian untuk memotivasi diri dalam melakukan kebaikan dan menghargai setiap momen hidup. Dengan mengingat kematian, kita akan lebih menghargai waktu dan kesempatan yang kita miliki, sehingga hidup kita menjadi lebih bermakna.
Prinsip amor fati, atau mencintai takdir, adalah bagian penting lainnya dari stoikisme. Mencintai takdir dan menerima semua hal yang terjadi sebagai bagian dari kehidupan yang harus dinikmati. Prinsip ini membantu kita menerima realitas hidup tanpa penyesalan berlebihan. Dengan mencintai takdir, kita dapat menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidup dengan hati yang lapang dan pikiran yang tenang. Selain itu, mengendalikan reaksi emosional adalah cara penting lain untuk menerapkan stoikisme. Latih diri untuk mengontrol emosi agar tidak terbawa suasana dan tetap tenang menghadapi situasi. Prinsip ini mengajarkan kita untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap peristiwa eksternal yang mungkin terjadi dalam hidup kita.
Prinsip journaling, atau menulis jurnal, juga merupakan praktik stoikisme yang bermanfaat. Dengan mencatat pikiran dan perasaan kita setiap hari, kita dapat merefleksikan pengalaman kita dan memahami lebih dalam tentang diri kita sendiri. Journaling membantu kita mengevaluasi reaksi kita terhadap berbagai situasi dan belajar dari kesalahan serta pencapaian kita. Hal ini juga memungkinkan kita untuk merencanakan langkah-langkah ke depan dengan lebih bijaksana dan terarah.
Dampak Stoikisme bagi Masyarakat
Implementasi stoikisme dalam kehidupan sehari-hari memiliki dampak positif bagi individu dan masyarakat. Kebiasaan untuk fokus pada hal yang dapat dikendalikan dapat mengurangi tingkat stres dan kecemasan, meningkatkan kualitas hidup, dan menciptakan ketenangan batin. Dengan fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan, kita dapat menghindari stres yang tidak perlu dan meningkatkan kesejahteraan kita secara keseluruhan. Selain itu, sikap menerima takdir dan tidak mudah mengeluh membantu kita untuk lebih bersyukur dan menghargai kehidupan. Prinsip-prinsip stoikisme dapat membantu kita mengembangkan sikap yang lebih positif dan lebih bersyukur terhadap kehidupan.
Penerapan stoikisme juga dapat meningkatkan hubungan interpersonal, karena kita belajar untuk lebih bijaksana dalam berinteraksi dengan orang lain, menghindari konflik, dan menghargai pandangan orang lain. Dalam kehidupan sosial, stoikisme dapat membentuk masyarakat yang lebih harmonis, dengan individu-individu yang memiliki kontrol diri yang baik dan sikap yang positif. Prinsip-prinsip stoikisme mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan dan menjaga hubungan yang baik dengan sesama.
Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan damai.
Stoikisme juga memiliki dampak positif dalam dunia kerja. Dengan menerapkan prinsip-prinsip stoikisme, kita dapat mengelola stres dan tekanan kerja dengan lebih baik, meningkatkan produktivitas, dan membangun hubungan yang lebih baik dengan rekan kerja. Prinsip fokus pada hal yang dapat dikendalikan dapat membantu kita tetap tenang dalam menghadapi tantangan kerja dan mengambil keputusan yang lebih bijaksana. Dengan demikian, stoikisme tidak hanya meningkatkan kualitas hidup individu, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.
Kesimpulan
Stoikisme adalah filosofi yang menawarkan panduan hidup yang relevan dan bermanfaat dalam menghadapi tantangan kehidupan modern. Dengan fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan, mengendalikan emosi, dan menerima takdir, stoikisme membantu kita untuk menemukan kebahagiaan sejati dan ketenangan batin. Implementasi stoikisme dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan dampak positif bagi individu dan masyarakat, menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan damai.
Bagaikan sebatang pohon yang teguh berdiri meski diterpa angin kencang, stoikisme mengajarkan kita untuk tetap kuat dan tenang di tengah badai kehidupan. Seperti pepatah bijak Marcus Aurelius, “Kehidupan kita adalah hasil dari pikiran kita.” Dengan demikian, marilah kita memelihara pikiran yang jernih dan hati yang lapang, sehingga dapat menjalani hidup dengan kebijaksanaan dan kedamaian. Hidup ini seperti pelayaran panjang, dan stoikisme adalah kompas yang membimbing kita melewati badai menuju pelabuhan yang damai. Dengan menghayati prinsip-prinsip stoikisme, kita dapat mencapai kehidupan yang penuh makna dan kebahagiaan sejati, serta membangun masyarakat yang lebih harmonis dan damai.