Di tengah evolusi dinamis industri kesehatan, perawatan yang berpusat pada individu (Person-Centred Care – PCC) telah mengemuka sebagai paradigma revolusioner yang mengedepankan nilai, preferensi, dan kepercayaan pasien dalam setiap aspek perawatan kesehatan. Pendekatan ini menggeser fokus dari penanganan medis yang konvensional menjadi pendekatan yang lebih holistik, dimana pasien tidak hanya dilihat sebagai subjek pasif, tetapi sebagai mitra aktif dalam proses perawatan kesehatan. Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan efisiensi sistem kesehatan dengan mengurangi tindakan medis yang tidak perlu.
PCC menekankan perlunya pendekatan yang lebih inklusif dalam merancang dan menyediakan layanan kesehatan. Chenhao Yu dan koleganya (2023) menyoroti dalam penelitian mereka bahwa PCC tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik dan mental pasien, tetapi juga mengurangi beban biaya kesehatan dengan meminimalkan tindakan medis yang tidak esensial (Yu et al., 2023). Temuan ini mendukung hipotesis bahwa PCC dapat menjadi lebih dari sekadar praktek medis; ini adalah pendekatan komprehensif yang mengintegrasikan kesejahteraan umum pasien.
Namun, penelitian oleh Bertakis dan Azari (2009) mengindikasikan bahwa implementasi praktis PCC sering kali terhambat oleh kurangnya pelatihan dan sensitivitas budaya di kalangan tenaga kesehatan. Mereka menemukan bahwa dokter perempuan lebih sering menerapkan prinsip PCC, terutama dalam interaksi dengan pasien perempuan, menunjukkan adanya dinamika gender yang mempengaruhi penerapan PCC (Bertakis & Azari, 2009).
Implementasi PCC di lapangan membutuhkan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan mengatasi hambatan. Salah satu langkah krusial adalah peningkatan pelatihan yang diarahkan pada pengembangan keterampilan komunikasi dan empati di kalangan profesional kesehatan. Sebagaimana diungkapkan oleh Epstein dan Street (2007), keterampilan komunikasi yang efektif adalah kunci untuk mengaktifkan pasien dalam proses perawatan mereka, mengurangi kesalahpahaman, dan memperkuat hubungan terapeutik antara pasien dan penyedia layanan kesehatan.
Teori PCC didasarkan pada beberapa prinsip dasar yang dianjurkan oleh teori-teori perawatan dan komunikasi. Rogers (1983) dalam teorinya tentang Terapi Berpusat-Pada-Klien, menekankan pentingnya mendengarkan secara empatik dan memberi respons yang autentik untuk memfasilitasi perubahan dan pertumbuhan pribadi (Rogers, 1983). Dalam PCC, prinsip ini dapat diterapkan untuk mengembangkan hubungan yang lebih mendukung dan memahami antara penyedia layanan kesehatan dan pasien.
Leininger (1991), dalam Teori Perawatan Transkultural, juga menyarankan pentingnya sensitivitas dan kesesuaian budaya dalam praktek perawatan kesehatan. Menghormati latar belakang budaya pasien memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk merancang dan menyampaikan perawatan yang tidak hanya efektif tetapi juga resonan secara pribadi dengan pasien (Leininger, 1991).
Perluasan aplikasi PCC membutuhkan refleksi yang mendalam tentang praktik yang ada dan keberanian untuk menerapkan perubahan berdasarkan umpan balik dari pasien. Proses ini tidak hanya meningkatkan kualitas layanan tetapi juga memperkuat kepercayaan dan kepuasan pasien. Institusi kesehatan perlu mengadopsi budaya evaluasi berkelanjutan yang melibatkan pasien sebagai evaluators yang aktif, membantu identifikasi kekuatan dan kelemahan dalam penyampaian perawatan.
Menuju masa depan, PCC menjanjikan transformasi yang lebih besar dalam perawatan kesehatan, dengan potensi untuk lebih menghumanisasi interaksi dalam perawatan medis dan meningkatkan hasil kesehatan. Dalam mencapai ini, peran pendidikan dan pelatihan dalam membekali tenaga kesehatan dengan keterampilan, pengetahuan, dan empati yang diperlukan menjadi sangat penting. Dengan fokus pada pasien sebagai individu yang memiliki cerita, nilai, dan kebutuhan unik, PCC tidak hanya merespons kebutuhan medis tetapi juga psikologis dan sosial, membawa kita ke era baru dalam perawatan kesehatan yang lebih adil dan inklusif.
Perawatan yang berpusat pada individu, dengan dukungan kuat dari teori dan praktek yang terbukti, berpotensi mengatur ulang orientasi layanan kesehatan global. Melalui penerapan yang efektif, kita dapat memastikan bahwa setiap aspek perawatan kesehatan tidak hanya memenuhi, tetapi melebihi harapan pasien, memperkuat kepercayaan dan kepuasan mereka dalam sistem kesehatan.
Oleh. Dr. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.Ns., M.Kep., FIHFAA, FISQua, FRSPH