Keselamatan pasien merupakan inti dari pelayanan kesehatan, namun kualitas perawatan seringkali belum terjamin karena masalah kepemimpinan dan keselamatan dalam sistem kesehatan. Di lingkungan pelayanan, masih banyak kejadian yang merugikan. Gaya kepemimpinan dan manajemen memiliki dampak besar terhadap staf, lingkungan kerja, dan akhirnya, hasil klinis.
Dalam ulasan tentang persepsi mahasiswa mengenai hubungan antara keselamatan dan kepemimpinan, kita menemukan bahwa hierarki yang kuat dengan perbedaan nilai dan tujuan bersama dapat mempengaruhi keselamatan pasien. Komunikasi yang terbatas dalam hal perawatan klinis, mulai dari serah terima hingga pulang, dapat memperburuk hasil yang merugikan. Pemimpin dan manajer perlu terlibat dalam pemikiran besar untuk mempersiapkan lingkungan perawatan kesehatan dari insiden keamanan masa depan.
Penelitian ini menyoroti bahwa kepemimpinan yang efektif merupakan kunci untuk meningkatkan keselamatan pasien. Pentingnya kemampuan profesional kesehatan untuk menantang keputusan yang dapat membahayakan keselamatan terhambat oleh adanya hierarki yang kuat, baik dalam maupun antar profesi. Mahasiswa melaporkan rasa ragu untuk menantang atau mencari bantuan dari mereka yang memegang ‘kepemimpinan’ atau posisi senior, karena kekurangpercayaan dan rasa takut akan ejekan.
Sebagai surveior akreditasi LAFKI, kita memandang bahwa pentingnya kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien. Hierarki yang kuat dan kurangnya komunikasi yang terbuka dapat membahayakan kualitas perawatan. Oleh karena itu, dalat direkomendasikan kepada fasiltas pelayanan kesehatan untuk mengadopsi praktik kepemimpinan yang mendukung kerja tim dan komunikasi yang terbuka, serta untuk melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada keselamatan pasien.
Dalam teori kepemimpinan, James MacGregor Burns menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional, yang menekankan pada pengembangan hubungan yang kuat antara pemimpin dan pengikut, dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif. Dengan memperhatikan teori ini, fasyankes dapat melatih pemimpin mereka untuk menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan dan kekhawatiran staf, sehingga memperkuat budaya keselamatan dan meningkatkan hasil pasien.
Sebagai tambahan, model Situational Leadership yang dikemukakan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard menekankan bahwa pemimpin harus mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi dan kebutuhan staf. Dengan menerapkan model ini, pemimpin kesehatan dapat menjadi lebih efektif dalam memimpin tim mereka dan memastikan keselamatan pasien menjadi prioritas utama.
Dalam refleksi pribadi, kita dapat melihat bahwa keberhasilan dalam menjaga keselamatan pasien bergantung pada kemampuan pemimpin untuk memfasilitasi komunikasi yang terbuka, membangun kepercayaan, dan mendukung karyawan dalam mengatasi tantangan yang muncul dalam praktik klinis. Seperti halnya dalam cerita, pemimpin adalah pemandu yang membawa timnya melalui badai untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan demikian, melalui komitmen untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan dalam lingkungan kesehatan, kita dapat menciptakan cerita inspiratif di mana keselamatan pasien bukan hanya menjadi tujuan, tetapi juga menjadi kenyataan yang diperjuangkan bersama oleh semua anggota tim.
Salam LAFKI !