Pada tanggal 29 Januari 2024, sebuah tonggak penting terjadi dalam kemitraan antara Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia (LAFKI) dan negara Republik Seychelles. Diskusi yang berlangsung di Kedutaan Seychelles telah menghasilkan kerjasama yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Seychelles, sebuah negara Afrika yang maju yang terletak di Samudra Hindia
Dalam diskusi yang dipandu oleh Dubes Seychelles H.E., Mr. Nico Barito tersebut, pihak yang hadir adalah Menteri Kesehatan Seychelles, Para Dirjen Kemenkes dan Pimpinan Rumah Sakit Seychelles, dan delegasi LAFKI yang dipimpin oleh Kepala Dewan Pengawas Prof Daniel Tjen, Anggota Dewas Alexander K Ginting, Ketua Umum Friedrich Max Rumintjap dan Sekretaris Umum, Iwan Trihapsoro. Hasil dari pertemuan tersebut mencakup beberapa poin penting, di antaranya adalah sosialisasi tentang akreditasi, bimbingan dan penilaian akreditasi, saling bertukar pengalaman serta penawaran bantuan tenaga kesehatan yang diperlukan dari Indonesia kepada pemerintah Seychelles
Salah satu aspek yang menarik dari kesepakatan ini adalah kesempatan bagi spesialis kesehatan untuk bekerja kontrak di Seychelles, yang menunjukkan komitmen dalam memperkuat sumber daya manusia di sektor kesehatan. Hal ini sejalan dengan tujuan jangka panjang LAFKI untuk melaksanakan akreditasi internasional. Sebagaimana disampaikan oleh LAFKI dan Menteri Kesehatan Seychelles, Peggy Vidot, rencananya LAFKI akan memberikan bimbingan tentang akreditasi fasilitas kesehatan di Republik Seychelles dalam tahun ini. Meskipun mungkin belum saatnya memberikan bimbingan secara langsung, namun rencana untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam akreditasi telah menjadi agenda penting.
Para ahli dalam bidang ini melihat kerjasama ini sebagai langkah yang signifikan dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan secara global. Teori-teori yang berkaitan dengan manajemen kualitas, seperti Total Quality Management (TQM) dan Six Sigma, menyoroti pentingnya akreditasi dalam meningkatkan efisiensi dan keefektifan dalam layanan kesehatan. Dukungan dari para ahli semacam Edward Deming dan Joseph Juran yang menggarisbawahi perlunya standar yang jelas dan proses yang terdefinisi dengan baik dalam mencapai kualitas yang unggul, menjadi landasan filosofis bagi kerjasama semacam ini.
Selain itu, konsep-konsep dalam manajemen sumber daya manusia juga relevan dalam hal ini. Teori-teori tentang motivasi, kepemimpinan, dan pengembangan sumber daya manusia menjadi penting dalam memastikan keberhasilan kerjasama lintas negara seperti yang terjadi antara LAFKI dan Seychelles. Kontribusi spesialis kesehatan yang bersedia bekerja kontrak di Seychelles juga mencerminkan pentingnya strategi perekrutan dan retensi dalam manajemen sumber daya manusia.
Dengan terwujudnya kerjasama ini, LAFKI dan Seychelles menunjukkan semangat untuk terus berkembang dan meningkatkan standar layanan kesehatan. Ini adalah dorongan bagi surveior LAFKI dan para profesional kesehatan di seluruh dunia untuk terus mengembangkan diri dan berpartisipasi dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi semua orang. Semoga kerjasama ini menjadi inspirasi bagi kolaborasi serupa di masa depan, dan membawa dampak positif yang lebih besar bagi kesehatan masyarakat global.