Selamat kepada Puskesmas Pemurus Dalam Kota Banjarmasin yang telah berhasil menyelesaikan survei akreditasinya oleh Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia (LAFKI). Prestasi ini adalah tonggak bersejarah dalam perjalanan menuju pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu di Indonesia. Saat ini, kami ingin menginspirasi dan memberikan motivasi kepada seluruh tim Puskesmas Pemurus Dalam serta merenungkan pentingnya akreditasi dalam konteks pelayanan kesehatan.
Pengakuan dari LAFKI adalah bukti nyata bahwa Puskesmas Pemurus Dalam telah memenuhi standar-standar yang ketat dalam memberikan pelayanan kesehatan. Ini adalah langkah penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia, dan patut diacungi jempol. Namun, perjalanan ini belum berakhir, melainkan merupakan awal dari perjalanan yang lebih jauh menuju pelayanan yang lebih baik.
Dalam hal ini, mari kita lihat bagaimana akreditasi dapat dianalisis dengan menggunakan konsep model teori ahli. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah bagaimana akreditasi dapat menghasilkan perubahan organisasi melalui promosi pembelajaran organisasi dan inisiatif perbaikan kualitas. Konsep ini bisa dilihat sebagai aplikasi dari teori-teori manajemen kualitas dan teori pembelajaran organisasi.
Akreditasi bukan sekadar tanda pengakuan, tetapi juga alat untuk mendorong perubahan positif dalam organisasi. Dalam studi yang mengintegrasikan program akreditasi dari Accreditation Canada International di organisasi pelayanan kesehatan utama di Qatar, ditemukan bahwa akreditasi memiliki dampak positif. Hasilnya menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara persepsi staf terhadap akreditasi dan persepsi mereka terhadap kualitas perawatan.
Ini menggambarkan bahwa akreditasi telah membantu mendorong perubahan positif dalam pandangan staf terhadap pelayanan kesehatan. Mereka menyadari bahwa standar-standar akreditasi memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas perawatan yang mereka berikan kepada pasien. Dalam hal Puskesmas Pemurus Dalam, ini mengindikasikan bahwa akreditasi juga dapat menjadi pendorong perubahan positif dalam budaya organisasi.
Dalam studi tersebut, dua budaya dominan yang diidentifikasi adalah “kelompok” dan “hierarki.” Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara persepsi staf terhadap akreditasi dan persepsi mereka terhadap tipe budaya “kelompok.” Ini berarti bahwa ketika staf merasa bahwa mereka bekerja dalam lingkungan yang mendorong kerja sama dan kolaborasi (budaya “kelompok”), persepsi positif terhadap akreditasi lebih mungkin terjadi.
Dari hasil studi ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran berharga. Pertama, akreditasi bukan hanya tentang memenuhi standar, tetapi juga tentang membangun budaya organisasi yang mendukung perbaikan kualitas. Kedua, kerja sama dan kolaborasi antara staf adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang mendukung akreditasi dan perbaikan kualitas. Ketiga, pengakuan dari lembaga akreditasi adalah dorongan positif yang dapat memotivasi staf untuk terus meningkatkan pelayanan.
Selain itu, mari kita merenungkan tentang perumpamaan dalam perjalanan ini. Akreditasi dapat dibandingkan dengan memanjat gunung. Ketika kita berhasil mencapai puncak gunung, itu adalah pencapaian yang luar biasa. Namun, setelah mencapai puncak, kita tidak boleh berhenti di situ. Sebaliknya, puncak hanyalah titik awal untuk menjelajahi gunung yang lebih tinggi dan tantangan yang lebih besar. Begitu juga dengan akreditasi, prestasi ini harus menjadi pijakan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan meraih prestasi yang lebih tinggi lagi.
LAFKI telah menunjukkan kesiapannya untuk memberikan pembinaan, pengawasan, dan bimbingan di masa depan pasca survei. Ini adalah sumber daya yang berharga yang harus dimanfaatkan dengan baik. Jangan pernah ragu untuk mencari bantuan dan arahan dari LAFKI dalam perjalanan menuju pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Dari “continous quality improvement,” kita dapat mengambil inspirasi dari ahli seperti Deming yang mempromosikan konsep perbaikan berkelanjutan. Deming mengatakan, “Perbaikan berkelanjutan adalah bukan tugas, tetapi hasil dari kreativitas orang.” Pesan ini mengingatkan kita bahwa setiap anggota tim Puskesmas Pemurus Dalam memiliki potensi untuk berkontribusi pada perbaikan kualitas. Ide-ide kreatif dan inovatif adalah kunci untuk menciptakan perubahan yang signifikan.
Selain itu, saran inspiratif untuk continous quality improvement adalah selalu menjaga fokus pada pasien. Pusat dari setiap tindakan dan keputusan haruslah kesejahteraan dan kebutuhan pasien. Ingatlah bahwa setiap langkah yang diambil untuk meningkatkan kualitas pelayanan akan berdampak positif pada hidup dan kesehatan mereka.
Dalam mengakhiri, saya ingin mengucapkan selamat sekali lagi kepada Puskesmas Pemurus Dalam Kota Banjarmasin atas prestasi luar biasa ini. Anda semua telah menunjukkan komitmen yang luar biasa untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan meraih kualitas yang lebih tinggi. Teruslah bergerak maju, tetaplah berinovasi, dan jangan pernah berhenti belajar. Bersama-sama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah untuk pelayanan kesehatan di Indonesia (Korwil LAFKI Kalimantan Selatan)