Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia (LAFKI) telah melangkah dengan tekad membara dalam menghadapi tantangan besar yang menghadang di depan mata. Salah satu langkah penting dalam perjalanan ini adalah menghadapi proses akreditasi yang akan dilakukan oleh International Society for Quality in Healthcare External Evaluation Association (ISQua EEA) pada tahun mendatang. Tantangan ini tidak dapat diabaikan, namun dengan semangat dan keyakinan yang kuat, LAFKI siap untuk memenuhi semua standar internasional yang diperlukan.
Dari sudut pandang Ketua Umum LAFKI, dr. Friedrich Max Rumintjap, Sp.OG(K), MARS, FISQua, FIHFAA, FRSPH, yang telah menunjuk dr. Benny H. Tumbelaka, Sp.OT, MHKes, Sp.KP, MARS, FIHFAA, untuk memimpin Tim Akreditasi ISQua EEA, kita dapat melihat langkah ini sebagai tonggak positif dalam perjalanan menuju kesuksesan. Dr. Benny Tumbelaka membawa dengan dirinya pengalaman dan kompetensi yang tak tertandingi dalam upaya mencapai standar internasional yang tinggi.
Dokumen berjudul “Guidelines and Standards for External Evaluation Organisations, 5th Edition v1.1” telah memberikan panduan yang sangat berharga bagi LAFKI. Dokumen ini menguraikan secara rinci standar dan kriteria yang harus dipenuhi oleh organisasi evaluasi eksternal. Standar utama yang tercakup dalam dokumen ini meliputi Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Informasi, Manajemen Surveyor, Manajemen Survei dan Klien, serta Penghargaan Akreditasi atau Sertifikasi.
Salah satu aspek yang sangat kami apresiasi dari dokumen ini adalah fokus yang diberikan pada Manajemen Sumber Daya Manusia. Dokumen ini mencakup perencanaan staf, rekrutmen, orientasi, pendidikan berkelanjutan, kesehatan dan keselamatan, serta penilaian kinerja. Dokumen ini secara kuat menekankan pentingnya mendukung staf, menjaga catatan staf yang akurat, dan melakukan evaluasi manajemen sumber daya manusia secara cermat.
Selanjutnya, Manajemen Informasi adalah aspek penting yang ditekankan dalam dokumen ini. Fokus diberikan pada pengelolaan informasi, termasuk akurasi data, kerahasiaan, dan keamanan. Dokumen ini juga memberikan penekanan pada perlunya tinjauan berkala dan pembaruan rencana pengelolaan informasi, serta pelatihan staf dalam sistem pengelolaan informasi.
Manajemen Surveyor dan Manajemen Survei dan Klien juga menjadi sorotan utama dalam dokumen ini. Standar ini membahas perencanaan, seleksi, dan proses penunjukan surveyor. Kontrak dengan surveyor, pelatihan awal, orientasi, dan pengembangan berkelanjutan menjadi poin penting. Selain itu, standar Manajemen Survei dan Klien membahas pengembangan program evaluasi eksternal, penilaian klien, dan manajemen hubungan. Dalam hal ini, penting untuk mencatat penekanan khusus pada ketidakberpihakan dan manajemen konflik kepentingan.
Terakhir, Penghargaan Akreditasi atau Sertifikasi adalah tahap penting dalam proses ini. Dokumen ini merinci proses pemberian dan pemeliharaan akreditasi atau sertifikasi, mencakup kriteria keputusan pemberian akreditasi, rincian sertifikat yang diberikan, proses banding, serta pemantauan terus-menerus terhadap tingkat kepatuhan dan penanganan permasalahan yang mungkin timbul.
Kami ingin mengambil inspirasi dari kata-kata seorang filsuf terkenal, Aristotle, yang mengatakan, “Kualitas bukanlah tindakan, tetapi kebiasaan.” Dalam konteks ini, kita dapat merujuk pada konsep teori manajemen kualitas dari W. Edwards Deming, yang menekankan pentingnya perbaikan berkelanjutan dalam setiap proses. Dengan menjadikan standar internasional sebagai kebiasaan dalam setiap langkah yang diambil, kita dapat terus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.
Dalam menghadapi tantangan akreditasi ISQua EEA ini, kita harus memiliki tekad dan komitmen untuk memenuhi standar internasional dalam pelayanan kesehatan. Para surveior LAFKI yang akan terlibat dalam proses akreditasi juga telah menunjukkan komitmen dan dedikasi yang luar biasa dalam memastikan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Mereka adalah pilar penting dalam upaya kita untuk mencapai akreditasi ISQua EEA, dan kita yakin mereka akan memberikan yang terbaik dalam evaluasi yang akan datang.
Sebagai kesimpulan, kita ingin menyampaikan pesan bahwa LAFKI siap menghadapi tantangan akreditasi ISQua EEA. Dengan semangat dan komitmen, kita akan melangkah maju menuju standar internasional yang lebih tinggi. Seperti perumpamaan yang mengatakan, “Ketika Anda mengejar bintang, Anda mungkin tidak mencapainya, tetapi Anda akan mencapai bulan.” Kita yakin bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, kita dapat mencapai tujuan akreditasi ISQua EEA dan terus meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Semoga artikel ini menjadi sumber inspirasi bagi LAFKI, para surveior, dan semua yang terlibat dalam upaya ini untuk terus berusaha mencapai yang terbaik dalam pelayanan kesehatan. Dengan dedikasi dan semangat, kita dapat bersama-sama mengukir masa depan yang lebih cerah bagi kesehatan Indonesia.