BADUY PUSAR SPIRITUAL DAN RUMAH PIJAR O1

Sela kesibukan adalah alasan. Tapi keniscayaan terjadi manakala frekuensi empaty, simpati bersatu dalam satu arus frekuensi. Rasa hormat pada sesama yang bervisi peduli pada negeri.

Tanpa terasa, telah lebih 20 tahun, Yayasan Bangun Sehat Bangsa Indonesiaku (YBSI) bergerak dibidang kemandirian sosial, kepedulian sosial dan membangun kesetiakawan.

Dalam perjalanan waktu panjang ini, YBSI juga sudah banyak bersentuhan dengan elemen sosial yang bergerak di bidang yang sama atau mempunyai visi misi sama.

Cakupan gerak YBSI hampir seluruh indonesia.

Namun kali ini ada rasa tersentuh, untuk berkunjung , menemui rekan yayasan yang ada di barat pulau Jawa. Dimana yayasan sosial ini berbasis wilayah kerjanya berbeda kalau di banding dengan yayasan-yayasan sosial yang lain.

Lembaga ini namanya Rumah Pijar 01. Dirintis dan digerakkan dengan sepasang suami istri sederhana namun penuh keteladanan: Bripka mustrimo dan bu guru Dwi Rahayu.
Basis wilayah garapannya di daerah Lebak, Rangkas Bitung hingga Baduy Provinsi Banten.
Sehingga secara tidak langsung, mereka sangat dekat dengan masyarakat Baduy setempat. Apalagi pak Mustrimo juga menjadi Babinkhantubmas di Cileles Kec. Leuwidamar. Sedang , Baduy Luar berada di desa Kenekes. Sehingga persoalan dan pola hidup masyarakat Baduy, bukan hal asing bagi mereka.

Ditengah aktivitas yang sangat padat dengan kondisi badan yang jauh dari sehat, Dr.dr.Hisnindarsyah SE M.Kes MH , Sp.KL C.FEM ( Founder YBSI) bersama Virly Mavitasari SE ( Ketua Umum YBSI) datang memenuhi undangan mereka berdua. Karena selama pandemi covid, YBSI dan Rumah Pijar O1 telah berkolaborasi melakukan tugas kemanusiaan bersama, walau dalam.kondisi berjauhan dan serba terbatas.

Apalagi minimnya pengetahuan dan informasi disertai rasa ketidaktahuan terhadap budaya Baduy, memacu rasa penasaran para penggiat sosial ini.
Bagi kami, Baduy adalah salah satu icon yang punya strata tinggi dalam memahami persoalan sosial dan kemanusiaan dengan rasa hormat pada pelestarian alam.

Akhirnya sampailah disana.
Di Baduy Luar , rombongan langsung diterima Jero Saija. Seorang kepala desa Baduy yang diundang di istana negara. Dan menghadiahi presiden RI , baju adat Baduy , yang langsung dikenakan saat upacara kenegaraan 17 agustus 2021.

Dari Jero saida, rombongan telah mendapat atmosfir lingkungan yang berbeda.
Kesederhanaan, ketenangan, keramahan dan rasa syukur selalu tampak di raut wajah mereka.
Senyum khas natural alam selalu terhias.

Apalagi pemandangan rumah-rumah yang di bentuk setengah panggung dalam bentuk atap rumah depan yang menjorok rendah. Situasi semacam ini membawa hawa kesantunan yang begitu dekat dengan kehidupan.

Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Semua menyatu dalam iklim yang terbuka.
Dari sini sudah bisa dirasakan kalau masyarakat Baduy tidak mudah menginginkan gaya hidup yang melawan alam. Konsep spiritualnya sudah menyatu dengan jalan hidupnya. Sehingga mereka menganut kepercayaan Sunda Wiwitan. Dengan prosesi puasa , menahan diri, menahan nafsu dari syahwat dunia.

Tidak ada perceraian dan poligami di adat Baduy. Tidak boleh ada rusuh dan pertengkaran. Harta dan materi yang tertinggi adalah alam dan kesederhanaan. Mereka tak menolak kemajuan, tapi jika itu menghancurkan alam, maka mereka menganggap itu sudah melanggar sumpah leluhur dan akan mendapat karma tujuh turunan.
Itulah yang mereja takutkan, ehingga mereka ‘ keukeuh’ tidak menerima modernisasi yang menggerus bumi.

Sekali lagi Baduy tidak sekedar daerah atau tempat atau lingkungan atau rumah.

Baduy adalah masih ada hati penuh cinta manusia, pada bumi dan semesta , yang mengembalikan alam atau nilai manusia yang sedang bergeser ke arah kerusakan karena kepongahannya
Dari dasar menyelaraskan lingkungan yang berpijak pada nilai-nilai kehidupan ini rasa malu menyengat campur berhutang budi sebagai masyarakat modern yang selalu mengabaikan lingkungan dan penuh syahwat keduniaan.

Lewat laku-laku spiritual masyarakat daerah ini benar-benar penuh pertanda yang bisa menguak rahasia hidup. Mulai iklim lingkungannya hingga cara mereka menanamkan kepercayaan pada hidup. Identitas patuh, taat dan cinta. inilah yang membuat suku Baduy tidak pernah bergeser dari nilai-nilai manusianya. Bagi mereka dibatinnya ada ruang kehidupan yang menyerupai alam. Sehingga kalau mencederai alam sama halnya mencederai batin yang jadi simbol keagungannya. Abstraksi luar dan dalam inilah yang selama ini jadi keseimbangannya.

Dan sekarang kita kembali ke Yayasan Rumah Pijar 01 yang digerakan oleh Bripka Mustrimo dan istrinya Dewi Rahayu yang dengan semangat kemandiriannya , membuat produk kesehatan rumahan.
Ada permen jahe merah dan jahe bubuk untuk pemulihan daya tahan tubuh. Dan dipasarkan melalui jejaring usaha kecil dan mikro.

Usaha-usaha yang di produk dirumahan mereka ini tidak muluk-muluk pencapaiannya. Bagi mereka berdua, yang terpenting membangun semangat kemandirian. Dan tidak tergantung pada institusi dan instansi atau siapapun.
Mereka justru lebih berfikir memberi kemanfaatan kepada sesama. Terutama rasa empati pada lingkungan. Mereka tidak ingin di kenal sebagai orang hebat. Mereka juga tidak ingin di kenal sebagai orang yang mampu untuk memberikan sesuatu yang lebih dan besar. Tapi yang pasti langkah-langkah yang mereka tempuh adalah langkah-langkah kemandirian yang berada di jalan Tuhan. Dan ini yang membuat kami harus belajar dan meneladani pasangan suami istri ini.

Ternyata masih banyak orang baik yang hidupnya tidak seperti di sinetron peraih rating.
Tapi menjadi baik karena selalu berbagi kebaikan walau tak harus jadi ‘ orang penting’.

Terimakasih dan hormat luarbiasa pada keluarga Bapak Mustrimo dan Bu Dwi Rahayu yang telah menerima rombongan YBSI dengan ketulusan di Rumah Pijar 01 lebak Rangkas bitung Provinsi Banten( 30/10/2022)

Kota pahlawan 03.nopember 2022
Respect hormat bangga dari seluruh relawan YBSI se nusantara atas keteladannya( HSD/YBSI)

Related posts