Jakarta, PW: Letda Caj (K) Tri Hartuti Martalena Dame Simanjuntak, S.S. atau yang akrab dikenal dengan panggilan Lena lahir dan besar di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ia merupakan Perwira kecabangan Ajudan Jenderal yang bersumber dari Sekolah Perwira Karir TNI lulusan tahun 2020. Kisah hidupnya sungguh menarik dan sangat menginspirasi.
Kehidupan Lena penuh perjuangan yang patut diacungi jempol. Di usianya yang masih belia ia kehilangan sosok ayah yang meninggal karena sakit, Lena pun melanjutkan hidup hanya berdua dengan ibunya karena kedua kakaknya pergi merantau ke luar kota. Sembari menuntut ilmu di bangku SMA, Lena bertekad meringankan beban ibunya dengan berjualan pakaian untuk menutupi kebutuhan pribadinya. Beratnya tantangan kehidupan di usia remaja tidak menjadi alasannya untuk tidak berprestasi di bidang akademik karena dari prestasinya itulah ia mendapatkan jaminan beasiswa. Usaha berbuah manis, ia berhasil lulus seleksi undangan atau SNMPTN di Universitas Brawijaya. Prestasi Lena tidak berhenti sampai saat itu, di Jurusan Bahasa & Sastra Prancis ia lulus dengan predikat cumlaude dalam kurun waktu 3 tahun 4 bulan. Semua itu diraihnya sambil bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mempersiapkan langkahnya ke Prancis.
Lulus S-1 dengan predikat cumlaude tidak membuat Lena berpuas diri, berbekal persiapan yang matang ia bertekad melanjutkan studinya langsung di tempat kelahiran bahasa yang selama ini ia pelajari, Prancis. Jalan menuju Paris tentunya tidak mudah, ia menceritakan bagaimana sulitnya mencari keluarga sponsor dan proses pengajuan visa yang semua diurusnya sendiri. Ia bahkan harus menjual satu-satunya sepeda motor miliknya untuk dapat mengantarkannya menginjakkan kaki di Prancis.
Terhitung satu minggu sejak lulus pendidikan S-1, Lena pergi mengadu nasib ke Paris, Prancis. Sasaran pertamanya adalah Centre Culturelle La Paserelle Sannois, Île de France dimana ia berjuang untuk mendapatkan sertifikasi kemampuan bahasa Prancis DELF B2 yang menjadi syarat melanjutkan studi S-2 di sana. Satu tahun berlalu, DELF B2 diraih dan peluang untuk melanjutkan pendidikan di Université Saint Denis pun terbuka lebar. Namun yang mengejutkan adalah saat cita-cita sudah di depan mata ia malah memutuskan untuk kembali ke tanah air .
Kisah mengharukan terjadi saat sang ibu menghubunginya dan mengingatkan kembali janji yang pernah terucap oleh Lena kepada almarhum ayahnya. Ya, Lena pernah berkomitmen untuk mewujudkan cita-cita sang ayah yang terkubur lama yaitu untuk menjadi prajurit abdi negara. Saat itu pun Lena mengambil keputusan yang berat namun di kemudian hari terbukti berbuah manis.
Setelah menjalani serangkaian pendidikan militer di antaranya Pendidikan Pertama Perwira Karir TNI, Pendidikan Kecabangan Perwira Ajudan Jenderal, Pendidikan Perwira Pelatih dan Pendidikan Intelijen Tempur, Lena pun mendapatkan tugas penempatan pertamanya di Pusat Pendidikan Pengetahuan Militer Umum (Pusdikpengmilum) Kodiklatad. Lembaga ini dikenal sebagai pusat pendidikan yang salah satu tugasnya adalah menyelenggarakan kursus intensif beberapa jenis bahasa.
Berbekal kemampuan akademik dan pengalamannya berbahasa Prancis, tidak butuh waktu lama (kurang dari satu tahun) untuk Lena mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seleksi Pasukan Misi Perdamaian PBB. Saat ini ia berada di Kongo dalam misi INDORDB 39D guna mendukung pasukan main body Batalyon Infanteri Mekanis 121 Macan Kumbang-Galang. Jabatan yang diembannya pun pararel dengan latar belakang akademiknya yaitu sebagai Perwira Interpreter bahasa Prancis sekaligus merangkap sebagai Perwira Rohani. Sehari-hari ia bertugas menerjemahkan dokumen berbahasa Prancis dan turun ke lapangan untuk menjembatani Komandan serta para prajurit saat berkomunikasi dalam Bahasa Prancis. Ia juga bergabung dalam aksi Cimic (Civilian Military Coordination).
Ke depannya Lena masih bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan S-2 keilmuan bahasa Prancisnya dan terus mendedikasikan ilmu yang dimiliki kepada institusi TNI agar dapat memberikan sumbangsih pada kerja sama pertahanan Indonesia. Menurutnya cita-cita yang diimbangi dengan usaha keras dan persiapan matang dapat menjadi modal kuat untuk dapat terus mengemban amanah sang ayah sekaligus meraih impiannya secara harmonis.
Ketika ditanyakan pesan kepada generasi muda Indonesia yang sedang memperjuangkan masa depan, ia pun menjawab, “Tidak ada yang kebetulan dalam hidup, meskipun dicambuk berulang kali oleh kehidupan, tetaplah berjuang. Satu hal yang pasti adalah waktu tidak pernah mundur ke belakang. Waktu juga yang akan mengantarkan kita pada bongkahan berlian sebesar kerja keras yang telah dilakukan”.