Surabaya, PW-Di tengah maraknya kelangkaan minyak goreng yang berakibat mogoknya pengusaha tempe dan tahu untuk berproduksi dikarenakan harga bahan baku kedelei naik yang saat ini masih belum teratasi. Muncul masalah baru yang hampir setiap tahun selalu menjadi problema para pedagang daging yaitu mahalnya harga daging.
Pelajaran tiap tahun belum juga berhasil dilalui dengan baik dan tanpa gejolak. Di tengah situasi tersebut kemarin PPD (Paguyuban Pedagang Daging) Jatim melakukan rapat kecil dengan seluruh pengurus dan anggota yang ada di seluruh Jatim yang bertempat di Sodus (Soto Kudus) di sekitaran masjid Agung Surabaya. Jum’at (25/2/2022).
Rapat tersebut dihadiri oleh pengusaha daging aktif yang ada di Jatim yakni Ponorogo, Malang, Tuban, Jombang, Surabaya dan Sidoarjo.
Di tengah situasi pasokan harga yang terus menerus naik. Apalagi harga sapi lokal yang semakin naik. Padahal masih di bulan Februari dan secara prediksi gonjang ganjingnya kenaikan harga daging harusnya di bulan Maret atau April sesuai kalender yang mendekati bulan puasa dan lebaran.
Tetapi ini sudah jauh hari tren naik begitu tajam. Apalagi didukung dengan informasi ketersediaan daging sapi di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi) yang menjadi pusat peredaran daging import yang seharusnya bisa mereduksi kelangkaan daging sapi atau minimal stabil harganya.
Ketua PPD Jatim H.Dondik Agung.S SH, mengatakan, bahwa kenaikan harga daging sapi di luar kewajaran karena kenaikannya sangat signifikan.
“Tapi apa yang kita lihat?. Pergerakan harga daging sampai di angka Rp.150.000,-(harga di Jabodetabek menurut berita Tempo). Dan ini sudah masuk kenaikan yang tidak logis, kalau kita bercermin dari target yang diharapkan pemerintah melalui Permendag No.7 Tahun 2020 dan masih HET (Harga Eceran Tertinggi) untuk import ditetapkan di harga 80 ribu rupiah per kilogram dan untuk lokal 105 ribu rupiah, ini berlaku nasional,” kata Dondik seusai rapat.
Ditambahkan, untuk Jatim tren kenaikan sudah sangat terasa. Dari hasil audensi dengan Disperindag Jatim yang lalu dan dari pantauan di seluruh pasar Jatim, harga daging sudah berkisar Rp.111.000,- per kilogram dan harga tersebut sudah lebih mahal dari yang diinginkan pemerintah.
“Padahal ini masih situasi yang tidak begitu besar penyerapan untuk masyarakat. PPD Jatim berharap, sebelum puasa dan lebaran Pemprov Jatim segera mengambil solusi yang terbaik, agar kepanikan dan kecemasan masyarakat tidak semakin komplek, di situasi pandemi yang belum berakhir. Karena sangat diperlukan untuk suport protein hewani selain ayam,” harap H.Dondik.
Imbas kencangnya informasi media tentang adanya seruan aksi mogok di Jakarta dan sekitarnya, akan berimbas ke jatim jika tidak dilakukan suatu kebijakan atau pendekatan ke pelaku usaha.
“Kami PPD Jatim yang rata-rata anggotannya adalah pelaku pedagang aktif di seluruh Jatim siap ketika Pemprov mengajak diskusi kami. Guna menguraikan atau membuka fakta, terkait keadaan daging sapi yang ada di Jatim. Sehingga Jatim yang katanya sebagai lumbung sapi seharusnya tidak rentan terhadap gejolak harga daging,” jelas Dondik.
Sambung Dondik, faktanya harga daging selalu naik di momentum hari besar nasional gejala apa itu. Itu mencerminkan bahwa data yang disajikan sudah tidak relevan lagi dengan fakta yang terjadi. Pungkas H. Dondik Agus.S. SH selaku Ketua PPD Jatim yang juga aktif menjadi pengurus di berbagi lembaga sosial masyarakat. (znr).