Magelang, Senin (11/05/20) – PW: Pengarahan Gubernur Akmil Mayjen TNI Dudung Abdurachman kepada Taruna Tingkat I,II dan III. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Lily Rochly Akmil yang dihadiri oleh Wagub Akmil Kolonel Inf I Gde Agit Thomas, pejabat Distribusi serta para Pengasuh para Taruna/Taruni Tk. I,II dan III berjumlah: 888 Taruna/ Taruni. Untuk tingkat I berjumlah 364, Tingkat II berjumlah 297 dan tingkat III berjumlah 227.
Dalam pengarahan tersebut Gubernur Akmil Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengawali dengan menceritakan pengalamannya dari SMP sampai dengan saat ini. Beliau yang di lahirkan di Bandung, 16 Nov 1965 dari Bapak Nasuha dan ibu Nasyati, menyelesaikan sekolah dari SD sampai SMA di Kota Bandung (1972-1985). Lulus SMA Tahun 1985 kemudian mendaftar Akabri Darat. Melaksanakan Pendidikan Akmil, pada Tahun 1988 lulus Akmil dengan menyandang pangkat Letnan dua (1985-1988). “Ada Tantangan yang harus di hadapi. Ada perjuangan yang harus di menangkan. Itulah Hidup”.
Pada tahun 1981 (kelas 2 SMP), ayahhanda meninggal dunia. Untuk membantu Perekonomian keluarga, akhirnya Ikut mencari nafkah sbg loper koran sebelum berangkat sekolah.
Beliau tipe pekerja keras, pada tahun 1981 (kelas 2 SMP), Pada usia 11 tahun, sudah ditinggal ayahnya karena meninggal dunia yang bekerja sebagai PNS di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi. Hal itu membuat Dudung kecil sudah membulatkan tekad menjadi tentara. Profesi yang selalu memanggil karena ia hidup dan tinggal di barak, juga profesi yang selalu diniatkan sebagai caranya meringankan ibunya mencari uang untuk pendidikan ke delapan saudaranya.
Segala pekerjaan pernah dilakukannya untuk membantu Ibundanya. Menjual kue tampah di perempatan Jalan Belitung di sekitar Kodam III/Siliwangi, sampai jadi pengantar (loper) koran ketika duduk di bangku SMAN 9 Bandung.
Dalam usia begitu belia, satu yang berbeda dengan anak-anak remaja seusianya, sadar hidup itu juga berisi kerja keras, tekad dan upaya yang tanggap untuk mengejar mimpi.
Apa yang tampak sebagai keberhasilan saat ini, sebetulnya hasil jatuh-bangun yang lama dan dalam, yang orang lain tak pernah melihatnya. Pada sedikit orang, maka kepedihan hidupnya di masa kecil dan kepatuhan serta cintanya kepada kedua orang tua, justru menjadi pendorong semangatnya sampai ke titik tertinggi.
Mayjen TNI Dudung Abdurachman menandaskan, “Saya dibentuk oleh kepedihan hidup, doa yang tak putus dari Ibunda juga almarhum Ayah, didikan orangtua serta keluarga yang penuh kasih sayang dan tempaan keras Akademi Militer-Lembah Tidar Magelang”.
Loper Koran jadi Jenderal, Seni Kepemimpinan Militer Indonesia adalah jejak pengalaman hidup dan gaya memimpin Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman. Yang lulusan Lembah Tidar tahun 1988, 15 tahun setelah Pak SBY.
Dalam kesempatan tersebut Gubernur Akmil Mayjen TNI Dudung Abdurachman juga menyampaikan,”tentang rencana perubahan kecabangan Taruna, yaitu Satpur (Satuan Tempur) seperti Inf (Infantri) dan Banpur (bantuan tempur) contohnya Kav (Kavaleri), Arm (Arteleri Medan), Zipur ( Zeni Tempur), dan lain sebagainya.
Di sisi yang lain Gubernur Akmil juga menekankan bahwa,”seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab dengan keputusan yang di buat”.