Jalesveva Jayamahe,
Jakarta, 8 Juli 2024, —— TNI AL dalam hal ini Dinas Sejarah Angkatan Laut (Disjarahal) menggelar kegiatan Seminar Nasional dengan tema “Perspektif Historis Indonesia Dalam Penyelesaian Konflik Laut Natuna Utara dan Papua”, bertempat di Gedung Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada hari Senin (08/07).
Seminar Nasional ini diselenggarakan guna merespon polemik yang terjadi di Laut Natuna Utara dan Papua menggunakan pendekatan kajian historis, karena proses pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI AL tidak hanya merupakan upaya taktis, melainkan juga mewakili koneksi antara pengalaman masa lalu, kondisi masa kini, dan rencana masa depan.
Disampaikan oleh Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto yang hadir diwakili oleh Plt. Sekjen Kemhan RI Marsekal Madya TNI (Purn) Donny Ermawan Taufanto, mengatakan dari sejarah Natuna kita dapat melihat sejauh mana effective occupation lndonesia atas wilayah tersebut, termasuk perbandingan dengan klaim NDL oleh RRT. Selanjutnya berdasarkan kajian sejarah bagaimana langkah lndonesia dalam menghadapi permasalahan Laut Natuna Utara tersebut. Sementara sejarah Papua, memperlihatkan Papua dalam perjalanan sejarah lndonesia dan proses integrasi ke dalam NKRI dengan segala permasalahannya. Kemudian berdasarkan kajian sejarah tersebut disampaikan solusi bagaimana mengatasi permasalahan Papua.
“Langkah lndonesia terhadap Laut Tiongkok Selatan adalah membentuk komunitas keamanan ASEAN dengan tujuan mencapai dan menjaga stabilitas geopolitik di Asia Tenggara, membentuk pangkalan TNI yaitu Batalyon Komposit di Natuna, meningkatkan patroli dan latihan militer bersama di wilayah Natuna. Sedangkan dalam penanganan masalah Papua, pemerintah telah membuat UU tentang otonomi khusus dan membangun infrastruktur berupa jalan dari Arfak menuju Manokwari”. Tegas Menhan RI dalam amanat tersebut.
Senada dengan itu, disampaikan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali yang diwakili oleh Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Erwin S. Aldhedarma menyampaikan bahwa, sejarah juga mampu memahami akar permasalahan dari suatu kejadian dan tentu sejarah dapat menunjukkan strategi yang berhasil di masa lampau.
“Pada seminar nasional ini, kita akan berdiskusi dan bertukar pikiran serta mencari solusi bersama, dari permasalahan yang terjadi di Laut Natuna Utara maupun Papua, melalui tinjauan sejarah.” Ungkap Kasal dalam amanat yang dibacakan oleh Laksamana Madya TNI Erwin S. Aldedharma.
Dengan diselenggarakannya seminar ini, TNI AL bertekad dalam menggunakan sumber sejarah sebagai kombatan untuk merespon berbagai polemik yang terjadi apabila memiliki keterkaitan yang kuat akan sumber historisnya.
Disisi lain didepan awak media, Kepala Dinas Sejarah Angkatan Laut (Kadisjarahal) Laksamana Pertama TNI Hariyo Poernomo menyampaikan bahwa perspektif sejarah akan menjadi input nantinya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada saat ini. Selain menggali sejarah, Disjarahal juga memiliki tugas untuk mempublikasikan, menulis, mengharsipkan serta mendokumentasikan.
“Kita sudah melaksanakan pengecekan dan penelusuran arsip-arsip sejarah. Arsip tersebut nantinya guna menguatkan data dukung kita dalam penyelesaian konflik tersebut dan ini akan terus kita tindaklanjuti,” ungkap Kadisjarahal.
Sejumlah pembicara dan narasumber terkait tema Perspektif Historis Indonesia Dalam Penyelesaian Konflik Laut Natuna Utara dan Papua, juga dihadirkan dalam seminar ini, diantaranya lain Dr. Anastasia Wiwik Swastiwi, M.A, Prof. Dr. Djoko Marihandono, Dr. Yayan Ganda Hayat Mulyana, Laksamana Muda TNI Kresno Buntoro, S.H., LL.M., Ph.D, Dr. Rosmaida Sinaga, Dr. Adriana Elisabeth, M.Soc,Sc,, Dr. Michael Manufandu, Valentinus Sudarjanto Sumito, S.IP., M.Si dan Sara Wayne, S.Sos., M.M. sebagai moderator.