Kota Sorong PW- Dalam rangka pelaksanaan operasi teritorial (Opster) 2024 di wilayah Kodam XVIII Kasuari, Kodim 1802/Sorong mengadakan penyuluhan kesehatan kepala masyarakat yang ada di wilayah teritorial Kodim 1802/Sorong. Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat ini, berlangsung di Aula Pandu Sakti Makodim 1802/Sorong, yang beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kota Sorong Provinsi Papua Barat Daya (301024).
Dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat ini, Kodim 1802/Sorong berkolaborasi atau bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Sorong, dalam hal ini dari Puskesmas Malawei Kota Sorong. Pembawa materi terkait stunting (pendek) ini ialah dr Wilhelmina Wattimena, yang merupakan Dokter Umum di Puskesmas Malawei Kota Sorong.
Di koordinir oleh para Babinsa pada setiap Koramil jajaran Kodim 1802/Sorong, masyarakat begitu antusias mengikuti kegiatan penyuluhan atau sosialisasi kesehatan terkait stunting. Hal ini terlihat dari jumlah masyarakat yang hadir sebanyak 200 orang. Dokter Wilhelmina dalam penyuluhan tersebut, menjelaskan apa itu stunting, ciri-ciri stunting, penyebab juga cara pencegahan stunting.
Materi dan pemaparan yang sangat baik dari dokter Wilhelmina, membuat masyarakat yang hadir terlibat dalam sesi tanya jawab. Karena di anggap penting, maka ada 5 orang terlibat dalam sesi tanya jawab terkait stunting tersebut, dimana 4 penanya berasal dari masyarakat dan 1 penanya lainnya berasal dari perwakilan Babinsa.
Dokter Wilhelmina menjelaskan jika stunting merupakan kondisi kronis pada anak, yang gagal tumbuh kembangnya terutama bagian otak dan tubuh. Pertama mulai Kondisi dimana seseorang kekurangan gizi kronis (dalam jangka waktu yang lama), terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (ibu hamil 270 hari sampai anak usia 2 tahun), dan terlihat pendek dari sebayanya.
“Penyebabnya adalah kurangnya makanan bergizi selama hamil, kebutuhan gizi dan nutrisi anak tidak terpenuhi, sanitasi buruk dan tidak ada akses air bersih, mengalami infeksi penyakit menular, perawatan kesehatan ibu dan anak tidak memadai, juga pola asuh anak yang kurang tepat”.
“Ciri-ciri stunting adalah tingkat pertumbuhan tubuhnya lambat, erlambat tumbuh gigi, kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk, wajah terlihat lebih muda dari anak seumurannya, di usia 8-10 tahun anak sedikit melakukan kontak mata dengan orang sekitar dan lebih pendiam, mudah terinfeksi dan terserang berbagai penyakit, saat balita, berat badan justru menurun dan sulit naik dan perkembangan tubuh anak terhambat, misalnya telat menarche atau menstruasi pertama pada anak perempuan”, ujarnya.
Namun dikatakan dr Wilhelmina, stunting itu dapat dicegah dengan cara memperhatikan gizi anak, yang pertama melalui ASI, imunisasi yang lengkap, sanitasi (air bersih dll), juga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk ibu hamil, dalam masa kehamilan harus rajin kontrol ke dokter. Hal ini untuk menjaga janinnya tetap mendapatkan tumbuh kembang yang baik, juga ibu hamil tetap dalam kondisi yang sehat.
“Stunting merupakan perhatian khusus kami dari kesehatan di Kota Sorong, menjadi tantangan dan bagaimana kita memberantas stunting ini. Semoga lebih baik kedepan, sehingga tidak ada lagi stunting maupun gizi buruk. Dengan demikian akan mencerdaskan anak-anak Indonesia atau anak-anak di Kota Sorong, yang pintar, smart, cerdas dan yang punya masa depan yang baik”, imbuh dr Wilhelmina.
Komandan Kodim 1802/Sorong Letkol CZI Angga Wijaya menyampaikan bahwa melalui penyuluhan kesehatan tersebut, maka kita akan mendapatkan informasi atau pemahaman terkait stunting. “Sehingga kedepan dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di Kota Sorong, agar terhindar dari stunting. Dalam menyongsong masa depan bangsa, anak-anak harus memiliki kesehatan yang baik dan kesuksesan yang baik juga, agar dapat memajukan bangsa khususnya Kota Sorong di masa yang akan datang”.
**Jacobs