LAFKI Menjawab Tantangan Sistem Pendidikan Medis dengan Suka Cita dan Kecerdasan Emosional

 

oleh. dr Friedrich M Rumintjap, Sp.OG(K), MARS, FISQua, FRSPH, FIHFAA

Di tengah kompleksitas tantangan yang dihadapi sektor kesehatan, terutama dalam pendidikan dan praktik medis, Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia (LAFKI) memainkan peran penting. LAFKI tidak hanya berfokus pada peningkatan kualitas layanan kesehatan, tetapi juga bertujuan untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan, khususnya mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), dapat bekerja dalam lingkungan yang mendukung dan penuh suka cita. Lingkungan kerja yang positif ini penting tidak hanya untuk kesejahteraan pribadi tenaga medis, tetapi juga untuk efektivitas dan efisiensi layanan yang mereka berikan kepada masyarakat.

Sebuah studi di Journal of Preventive Medicine and Public Health menyoroti bahwa depresi di kalangan mahasiswa kedokteran bukan hanya masalah individu, tetapi juga mencerminkan sistem pendidikan medis yang membutuhkan introspeksi dan reformasi. Studi ini menemukan bahwa faktor-faktor seperti merokok, mengonsumsi alkohol, memiliki penyakit kronis, dan memiliki orang tua dengan depresi merupakan faktor risiko utama terjadinya depresi di kalangan pemuda Indonesia (Suryaputri et al., 2022). Kondisi stres yang intens, persaingan yang ketat, dan beban kerja yang tinggi adalah karakteristik yang telah lama dikenal dalam pelatihan medis. Namun, kita sekarang melihat dampak nyata dari tekanan-tekanan ini—dampak yang tidak bisa dan tidak boleh diabaikan. Data terbaru menunjukkan bahwa 22,4% mahasiswa PPDS di Indonesia mengalami gejala depresi, dengan 3% di antaranya berisiko tinggi untuk melakukan tindakan bunuh diri, memperkuat urgensi untuk intervensi yang efektif dan mendalam di lingkungan pendidikan medis.

Dalam menghadapi tantangan ini, LAFKI mengadopsi pendekatan “smart without angry” dalam program akreditasi yang menyeluruh, mengintegrasikan kecerdasan emosional dalam manajemen konflik dan tekanan kerja. Konsep ini, yang menekankan pentingnya merespon situasi stres dengan kepandaian dan ketenangan daripada dengan kemarahan, adalah kritis dalam mengembangkan tenaga kesehatan yang tidak hanya kompeten secara teknis tetapi juga emosional cerdas. Kecerdasan emosional ini memungkinkan mereka untuk mengelola stres dan interaksi interpersonal dengan lebih efektif, yang penting dalam lingkungan medis yang sering kali menuntut (Goleman, 1995).

Pendidikan dan Pelatihan yang Berkelanjutan
LAFKI mengambil inisiatif untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya lingkungan kerja yang mendukung di rumah sakit pendidikan, termasuk pelatihan berkelanjutan untuk staf pengajar dan klinis. Program pelatihan ini dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali tanda-tanda peringatan dini stres dan depresi serta teknik-teknik efektif untuk mendukung mahasiswa. Menurut WHO, pendidikan dan pelatihan yang efektif dalam kesehatan mental dapat meningkatkan kualitas perawatan serta memperbaiki hasil kesehatan pasien.

Kebijakan yang Mendukung Keseimbangan Kehidupan Kerja
LAFKI juga mengadvokasi model kebijakan yang mempromosikan keseimbangan kehidupan kerja dan mengurangi jam kerja yang berlebihan. Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi kelelahan dan memberikan lebih banyak ruang untuk aktivitas rekreasional dan sosial yang meningkatkan semangat dan mengurangi risiko depresi. Teori motivasi kerja, seperti yang diungkapkan oleh Maslow dan Herzberg, menunjukkan bahwa kebutuhan akan keamanan, kepemilikan, pengakuan, dan realisasi diri adalah krusial dalam mendorong kinerja serta kepuasan kerja (Herzberg, 1959).

Membangun Komunitas yang Kuat dan Kolaborasi Multi-Sektor
Melalui pendekatan komunitas yang kuat, termasuk program mentorship dan grup dukungan peer, LAFKI mendukung inisiatif untuk membangun dukungan emosional yang solid di dalam rumah sakit pendidikan. Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk lembaga pemerintah, swasta, dan organisasi non-pemerintah, juga membuka akses ke sumber daya tambahan dan keahlian yang dapat meningkatkan program-program yang sudah ada dan mengintroduksi inovasi baru.

Evaluasi dan Pengakuan
Evaluasi dan penelitian berkelanjutan adalah inti dari misi LAFKI, memungkinkan lembaga ini untuk mengumpulkan data dan wawasan yang membantu dalam pembentukan intervensi masa depan dan peningkatan standar akreditasi. Pengakuan terhadap kerja dan kontribusi tenaga medis melalui penghargaan dan apresiasi yang teratur juga meningkatkan moral dan motivasi para mahasiswa dan staf medis.

Melalui inisiatif-inisiatif ini, visi LAFKI untuk menciptakan lingkungan kerja dan belajar yang dipenuhi dengan suka cita dan kecerdasan emosional bukan hanya sebuah cita-cita tetapi sebuah rencana aksi yang konkret. LAFKI berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap mahasiswa dan staf di rumah sakit pendidikan dapat merasa dihargai, didukung, dan diberdayakan untuk tumbuh tidak hanya sebagai profesional kesehatan tetapi juga sebagai individu yang sehat dan bahagia.

oleh. dr Friedrich M Rumintjap, Sp.OG(K), MARS, FISQua, FRSPH, FIHFAA

Referensi:

Suryaputri, I. Y., Mubasyiroh, R., Idaiani, S., & Indrawati, L. (2022). Determinants of Depression in Indonesian Youth: Findings From a Community-based Survey. Journal of Preventive Medicine and Public Health, 55(1), 88–97. https://doi.org/10.3961/jpmph.21.113
Moir, F., Yielder, J., Sanson, J., & Chen, Y. (2018). Depression in medical students: current insights. Advanced Medical Education and Practice, 9, 323–333. https://doi.org/10.2147/AMEP.S137384
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence. Bantam Books.

Related posts