Kepri, PW: Menyelam di kedalaman 14 sampai dengan 25 meter tanpa basah atau ke lautan ternyata bisa dilakukan, salah satu caranya adalah dengan menggunakan alat hiperbaric chamber seperti yang dimiliki oleh RSAL dr. Midiyato Suratani, yang merupakan fasilitas layanan unggulan yang belum dimiliki oleh rumah sakit lain di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Walau awalnya fasilitas tersebut merupakan terapi bagi para penyelam yang mengalami dekompresi, keracunan gas nitrogen dan emboli udara akibat penyelaman, namun secara klinis telah digunakan untuk berbagai masalah kesehatan (penyembuhan luka Diabetes Mellitus, stroke, ketulian mendadak dan lain lain) serta dimanfaatkannya untuk mendapatkan kebugaran, dengan cara meningkatkan asupan oksigen di jaringan, meningkatkan sintesa kolagen, neovaskularisasi dan mempercepat eliminasi asam laktat, seperti yang dilakukan oleh Tim Penyelam dari Fasharkan Mentigi.
Ruang tunggu pelayanan pusat hiperbarik RSAL dr. Midiyato Suratani yang biasanya penuh digunakan oleh pasien yang menunggu hasil observasi vaksin Covid-19, hari Senin siang dikuasai oleh Tim Penyelam dari Fasharkan Mentigi, terdiri dari Kapten Laut (KH) Andri Trisia Sal Sabella, S.T, Letda Laut (T) Didik Yulianto, Serma Bah Yayat Hidayat, Penda Tk.I III/b Rudi Hendratmo dan Pengatur III/c Fauzan Furqon Jhora, A.Md, yang datang ke tempat tersebut bukan karena mereka memerlukan terapi oksigen hiperbarik untuk penyembuhan penyakit tertentu, namun mereka datang ke tempat tersebut sebagai prajurit pilihan untuk melaksanakan perawatan kebugaran dengan menggunakan terapi oksigen hiperbarik yang dilakukan tanpa perlu menjalani rawat inap. (22/11/2021).
Perlu diketahui, Modalitas pengobatan dengan menggunakan Hyperbaric Chamber atau dikenal dengan Ruangan Udara Bertekanan Tinggi (RUBT), merupakan salah satu metode pengobatan yang dilakukan dengan penggunaan 100% oksigen pada tekanan tinggi (lebih dari satu atmosfer absolut) didalam ruangan khusus. Peningkatan tekanan udara didalam ruangan hiperbarik ini menyebabkan paru-paru pasien akan menyerap oksigen lebih banyak dari biasanya, sehingga dapat membantu proses penyembuhan berbagai penyakit.
Berbeda dengan oksigen biasa yang diangkut darah, oksigen bertekanan udara tinggi mudah larut dalam cairan plasma yang didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Semakin banyak oksigen terserap, akan semakin baik fisiologi tubuh dalam memperbaiki jaringan yang rusak.
Untuk mendapatkan perolehan pelayanan terapi oksigen hiperbarik di RSAL dr. Midiyato Suratani seperti yang dilakukan oleh Tim Penyelam dari Fasharkan Mentigi, pasien terlebih dahulu melakukan pendaftaran di ruang poli umum, oleh petugas pendaftaran kemudian dilakukan pencatatan, pendataan status pasien (rekam medis pasien), kemudian setelah pasien melakukan pendaftaran pasien menuju HBOT center untuk melakukan pemeriksaan awal. Dalam hal ini mendapatkan pemeriksaan dan arahan dari Kolonel Laut (K) dr. Ahmad Rofiq yang kesehariannya menjabat sebagai Kadep Jangklin, berupa pemeriksaan meliputi, tensi, autoskop dan fungsi faal jantung dan paru-paru. Kemudian diarahkan menuju ke instalasi laboratorium untuk melakukan pemeriksaan meliputi, screening Covid-19 atau melakukan screening rapid antigen dan darah lengkap, kemudian peserta atau penyelam diarahkan ke instalasi radiologi untuk melakukan rontgen dada guna untuk mengetahui kondisi paru-paru. Setelah melewati beberapa pemeriksaan tersebut, kemudian peserta atau penyelam membawa hasil pemeriksaan penunjang berupa lab dan rontgen kepada petugas operator chamber yaitu Lettu Laut (K) Hendry Suryanto, A.md.Kep untuk disiapkan data status pasien. Kemudian peserta/penyelam mendapatkan pemeriksaan kembali oleh Kadep Jangklin Kolonel Laut (K) dr. Ahmad Rofiq selaku dokter hiperbarik, dengan membawa data status pasien dan pemeriksaan penunjang yang telah dilaksanakan untuk menentukan orang yang bersangkutan harus benar-benar dalam kondisi sehat dan layak masuk chamber.
Setelah dinyatakan layak, sebelum menikmati sensasi menyelam tanpa basah di ruang hiperbarik chamber, para penyelam diingatkan untuk melepaskan benda-benda yang dapat memicu api seperti logam, korek api, tisue dan lain sebagainya, kemudian diminta untuk berganti pakaian dengan pakaian khusus rumah sakit. Sebelum masuk ke ruang chamber, satu per satu pasien akan dilaksanakan pemeriksaan tubuh dengan menggunakan alat metal detector.
Setelah dipastikan bahwa tidak ada benda atau bahan mudah terbakar yang dibawah oleh penyelam di ruang hiperbarik, kemudian 8 orang terdiri dari 5 (lima) penyelam, 2 (dua) orang perwira dari RSAL dr. Midiyato Suratani yaitu Kasat Intel dan Paur Pampers yang ikut mendampingi, dan 1 orang tender atau dokter pendamping diposisikan senyaman mungkin selama terapi, umumnya dalam posisi duduk santai, kemudian petugas meninggalkan pasien di ruangan hiperbarik.
Setelah itu, pihak petugas operator chamber melakukan monitoring dari luar chamber, dengan menginformasikan kepada para penyelam bahwa di dalam tabung sudah berada di kedalaman laut dan sedang melakukan aktivitas penyelaman.
“Saat ini memasuki kedalaman 10 meter,” kata petugas operator chamber kepada para penyelam.
Para penyelam kemudian kembali diingatkan untuk melakukan valsava atau menetralisir gendang telinga dari tekanan kedalaman air. Caranya memencet hidung seraya seolah-olah mengeluarkan ingus.
Petugas operator chamber tersebut juga meminta kepada penyelam untuk meminta bantuan petugas tim Nakes yg ada didalam chamber apabila merasakan telinganya kesakitan.
Penanganannya jika terjadi demikian, Tim Nakes memberi pertolongan dengan cara memberikan informasi menggunakan radio dan memberi isyarat mengalami trouble.
Selanjutnya, penyelam diingatkan kembali bahwa dia berada di kedalaman 14 meter dari permukaan laut. Saat berada di kedalaman 14 meter para penyelam diminta untuk menggunakan masker tabung oksigen berbentuk dua selang.
Para penyelam kemudian diminta menghirup oksigen sebanyak-banyaknya melalui hidung dan mengeluarkannya dari mulut.
Setelah melakukan semua tahapan tersebut, petugas operator chamber mengingatkan penyelam bahwa akan menuju ke permukaan secara perlahan-lahan.
“Sekarang kita naik. Masker tetap digunakan. Hirup oksigen sebanyak-banyaknya,” katanya.
Setelah sampai di permukaan, para penyelam diminta melepaskan masker. Usai dilepas Tim Penyelam dari Fasharkan Mentigi dengan didampingi Kasat Intel dan Paur Pampers serta 1 tender atau dokter pendamping melakukan wash out atau pencucian nitrogen dalam tubuh dengan menggunakan oksigen murni. Selama proses berlangsung kondisi tubuh dalam keadaan rileks dan sangat-sangat nyaman dirasakan, karena udara yang dihirup benar-benar murni 100 prosen. Sehingga keluar dari chamber, para penyelam/peserta akan merasakan sensasi yang luar biasa.
Dari hasil pantauan, proses penyelaman tanpa basah dengan menggunakan sarana chamber ini memakan waktu kurang lebih dua jam. Durasi penyelaman atergantung dari kebutuhan kegunaan dan kedalaman. (MJA/HBG/Pen RSAL dr. MDTS).