Surabaya, PW: Seperti biasa, di Jumat Barokah, YBSI bersama para relawannya bergerak berbagi. Kegiatan yang rutin saja. Tanpa mengharap apa apa. Bukan mengukur keikhlasan. Tapi sekedar mencari bahagia. Refteshing jiwa Di tengah penatnya diri, bergumul fengan kesibukan dunia. Termasuk bertempur melawan pandemi Covid19.
Syukurlah, vaksin sudah ada. Dan vaksinasi pun cukup masif dilakukan. Walaupun bukan berati ada di level aman. Tapi setidaknya, ada upaya lebih. Selain protokol kesehatan 5 M yang tetap terus dilakukan. Tidak abai dan lalai. Karena Covid19 selalu mengintip. Mencari celah, untuk ‘menginang’ tubuh kita. Jadi tempat berbiaknya.
Namun ada dua hal yang berbeda pada kali ini. Pertama, kegiatan Jumat Barokah ini bertepatan dengan Down Syndrome World Day 2021. Kedua, karena momentum itulah maka YBSI menetapkan kegiatannya pada anak ‘ spesial’ dengan Autisme.
Untuk itu perhatian YBSI peduli di Jumat Barokah kali ini, diberikan pada pengajar sekolah SLB. Tepatnya di 2 SD SLB. Yang pertama SDSLB Harapan Bunda di jln Pucang Jajar Tengah. Yang berikutnya SDSLB Mutiara Hati Jl. Medokan Asri Timur. Kedua lokasi ada di Surabaya. Cukup banyak guru di setiap sekolahnya. Ada Yang punya 12 guru. Yang lain 10 guru. Dengan jumlah siswa masing masing sekitar 30 puluhan. Total ada 70 lebih yang ikut kegiatan ini, di dua lokasi beda. Karena masih sistem daring. Kehadiran siswa pun dibatasi. Secara bergilir. Tapi ada.
Di moment ini, Ketua YBSI Virly Mavitasari pun terjun langsung berbagi. Bersama para relawan YBSI. 50 pax nasi box dan 50 paket bingkisan dan sembako pun didistribusikan. Tidak banyak, namun bermakna. Harapannya semoga jadi berkah, dan selalu ada doa termunajatkan. Insya Alloh terijabah.
Pun, kali ini YBSI tidak hanya berbagi bingkisan dan nasi box. Namun juga melakukan pemeriksaan kesehatan. Dengan menggunakan protokol kesehatan ketat. Memakai APD level 1, Masker, faceshield, bersarung tangan. Tentu disertai hand sanitizer serta aturan mengatur jarak.
Bersama sejumlah dokter YBSI beserta relawan TBM dari salah satu universitas di Surabaya, melakukan pemeriksaan kesehatan.( Jumat 26/03/2021).
Sedikit kita berbincang tentang autisme, Apakah Autisme itu?
Autisme adalah kelainan yang terjadi pada seseorang yang tidak mengalami perkembangan normal, khususnya dalam hubungan dengan orang lain. Istilahnya, ada sekat komunikasi verbal pada individu dgn individu yang lain. Termasuk perilaku yang berbeda, cenderung berlebih, sulit terkontrol.
Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard, pada tahun 1943.
Autisme bisa mengenai siapa saja, baik yang miskin atau kaya, anak-anak atau orang dewasa, dan semua etnis. Autisme bisa terjadi sejak seseorang masih muda, biasanya akan terdeteksi saat memasuki usia 2-3 tahun.
Ciri-ciri autisme
Merujuk buku Autisme: Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-anak (2007) oleh dr. Faisal Yatim DTM&H, MPH, bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya.
Beberapa petunjuk awal yang memerlukan evaluasi lebih lanjut adalah
1. Belum mulai mengoceh (walaupun belum berupa kata dan tidak dapat dimengerti) pada usia 1 tahun5.
2. Belum melakukan gerakan tangan seperti menunjuk, melambai, atau menggenggam pada usia 1 tahun.
3.Tidak bisa mengucapkan satu kata (misal: mama, papa) pada usia 16 bulan atau frase 2 kata (misal: mimik susu, bobo dulu) pada usia 2 tahun.
4. Tidak merespons panggilan nama.
5. Menghindari kontak mata.
6. Kecenderungan berlebihan menyusun mainan atau benda dalam garis lurus5
7. tidak menunjuk bila ingin sesuatu atau tidak menarik tangan orang lain untuk keinginannya.
8. Kehilangan kemampuan bicara atau interaksi sosial yang sebelumnya dimiliki pada usia berapapun.
Sementara gejala yang biasanya muncul di usia lebih lanjut adalah:
1. Ketidakmampuan berteman dengan anak sebaya.
2. Tidak mampu memulai atau bertahan dalam percakapan.
3. Tidak adanya ketertarikan dalam permainan yang melibatkan imaginasi atau kontak dengan orang lain.
4. Penggunaan bahasa yang berulang atau tidak biasa
5. Sering mengulang gerakan tertentu seperti tepuk tangan atau memutar barang
6.Tertarik dengan objek tertentu dengan intensitas yang tidak normal (fokus berlebihan).
7. Menyukai rutinitas atau ritual tertentu yang tidak dapat diganti.
Lalu bagaimana mengatasinya? DR.dr. Hisnindarsyah SE M.Kes MH C.FEM selaku Founder YBSI menjelaskan , meski tidak bisa disembuhkan, terdapat berbagai metode untuk menangani autisme. Tujuannya agar penderita dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang memperlihatkan perilaku seperti autisme belum tentu mengidap autisme. Perilaku tersebut bisa juga disebabkan oleh adanya gangguan selain autis.
Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Demikian gambaran sederhana tentang Autisme. Semoga kita dapat terus menunjukkan kepedulian pada sesama. Termasuk dengan anak yang memiliki yang ‘ spesial’ karena Autisme.
Selamat memperingati Down Syndrome World Day 2021. (HSD/YBSI)