Mengantisipasi Pemahaman Radikalisme di kalangan anak muda di Bumi Pasundan

Ciamis – PW, Issue Radikalisme, Intoleransi dan Gerakan Ekstremis/Terorisme Jawa Barat saat ini masih memiliki tingkatan paling rawan. Pasalnya, persoalan paham serta gerakan tersebut menjadi sangat nyata sebagai sebuah ancaman bagi bangsa yang dan bertentangan dengan pilar kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salah satu indikasi kuat mengenai adanya hal itu adalah masih massifnya bentuk pengajian yang disinyalir kuat memberikan konten dakwah atau ceramah tentang paham radikalisme, dan juga beberapa bulan terakhir telah dilakukannya penangkapan tiga  tersangka terorisme kelompok JAD di Bekasi, telah ditemukannya bahan baku peledak yang sebesar 35 kg di Majalengka.

Demikian diungkapkan Irsal Muhammad Demisioner Ketua PC PMII Ciamis saat berbicara kepada awak media ditengah kesibukannya melalu sambungan selulernya, Minggu (10/10/2021).

Pada faktanya tutur Irsal, peristiwa penemuan aksi teror serta penangkapan tersangka terorisme telah dilakukan, tetapi bukan berarti paham dan gerakan tersebut berikut lenyap pula, karena persoalan lainnya dimana proses pencegahan dan penangkalan perlu terus ditingkatkan

“kita lihat di sosial media masih tersebar konten-konten dakwah yang menyebarkan paham radikalisme,”tegasnya.

Lanjut Irsal mengatakan pada puncak kehawatirannya adalah disaat kondisi pandemi covid-19 dimana masyarakat tercengkram persoalan perekonomian,dan sangat rentan jika dianggap oleh pemerintah hal demikian tidak bisa menjadi salah satu factor penyebab ikut menggaungkan faham radikalisme dan intoleransi.

Lingkungan yang juga menjadi sasaran alterantif penyebaran gerakan Intoleransi dan Ekstremis ialah dikampus-kampus, kondisi lingkungan kampus bisa dianggap sangat memungkinkan  karena kamuplase sebuah konten webinar/seminar masih sering terjadi, dan hal itu sebetulnya harus dilakukan langkah preventif mulai dari kalangan civitas akademik setiap kampus dan juga oleh beberapa organisasi kemahasiswaan yang memiliki pegangan kuat terhadap keislaman dan keindonesiaan lebih dilibatkan peranannya.

Mengakhiri ungkapannya Irsal menjelaskan mengenai hal itu, upaya pencegahan atau langkah preventif perlu dilakukan oleh semua kalangan, baik itu masyarakat, mahasiswa dan semua pihak yang dapat terus menanamkan jiwa nasionalisme yang tinggi.

” Melalui kegiatan-kegiatan yang positif, paling tidak dengan menghadirkan agenda-agenda kegiatan yang dapat meningkatkan rasa kebersamaan dimasyarakat itu harus terus berjalan, yang nantinya kesepahaman untuk tetap sama-sama menjaga kerukunan dan keberagaman Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi fundament sebagai warga negara,”pungkasnya.

F4I

Related posts