Kepintaran Bukan Jaminan Untuk Sukses Menjadi Pemimpin

Kepri, PW: Pada awalnya berpikir bahwa kesuksesan memimpin  itu  tercipta oleh hasil kemampuan pendidikan, kemampuan finansial atau kombinasi antara pendidikan, ekonomi dan finansial atau hal lainnya. Namun kenyataannya ternyata tidak demikian. Untuk mencapai kesuksesan itu ternyata tidak semata-mata dihasilkan dari proses pendidikan saja atau kemampuan finansial saja. Ataupun kombinasi keduanya.Banyak orang yang sukses menjadi pemimpin , bukan orang yang pandai secara akademik atau semisal orang yang selalu  juara di kelas.

Dan rupanya ini dimulai dari adanya ” strata urutan duduk” di bangku kelas.Contoh sederhanana saja,  dimasa lalu,  saat kita belajar dikelas,  orang pintar akan selalu memilih duduk di depan. Sedangkan orang setengah pintar atau PDnya setengah setengah, alias Kepercayaan dirinya standard saja,  akan duduk di tengah.Tapi orang yang cuek , tak peduli , cenderung di sebut ‘ trouble maker’, pasti akan mengambil tempat duduk di belakang.

Dalam perjalanan waktu, bisa jadi yang duduk di depan  akan menjadi seorang dokter, doktor,  professor atau apapun itu yang hebat dan luar biasa, di bidangnya.  Tapi yang duduk di belakang, ternyata  tidak selamanya berada di bawah posisi mereka. Malahan terkadang yang duduk di belakang itu dikemudian hari malah menjadi pemimpin mereka.Contoh sederhananya tapi luarbiasa adalah almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Mbah wali Gus Dur. Sejarah perjalanan  sudah menunjukkan bahwa beliau belajar tak pernah usai. Berulang kali  pindah sekolah sampai akhirnya  tidak menamatkan sekolah dan kembali ke Indonesia. Tapi kenyataannya  beliau bisa jadi presiden RI.Dan banyak juga contoh lain selain beliau.

Meskipun kita tidak menafikan banyak juga orang yang pintar seperti Prof dr  BJ Habibie yang bisa jadi pemimpin. Juga banyak juga orang sukses , yang pintar dari lahir, istilahnya.

 

 

Jadi, jika kita membahas tentang kesuksesan dengan standar sebagai keberhasilan menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki korelasi dengan kepintaran. Mengapa ? Karena ada beberapa hal yang ‘ umumnya’,  dilupakan oleh orang cerdas.

Pertama : perasaan superior / egoitas  atau  kepedean alias kepercayaan dirinya kelewatan. Sehingga, ketika hal tersebut di masukkan dalam sistem atau pola kepemimpinan maka mereka hanya akan menjadi single figther.Sulit membangun kerja dalam dinamika kelompok. Karena terlalu percaya diri, sehingga tidak merasa perlu membangun kerjasama. Termasuk tidak mudah percaya , pada orang lain.  Padahal dalam ilmu manajemen , mengajarkan bahwa kemampuan untuk mencapai hasil yang maksimal  dengan menggunakan sumber daya yang ada disekitarnya.Dan  bila kita tidak akan mampu membangun team work yang baik maka kita akan gagal menjadi pemimpin. Karena inti kesuksesan memimpin adalah kemampuan manajerial yang handal Orang yang pintar biasanya tidak mudah  percaya selain kepada dirinya sendiri.Sehingga dia tidak mampu untuk membangun kerjasama dengan orang lain.Akhirnya mereka yang pintar banyak yang bekerja dibidang riset dan penelitian atau kegiatan yang tidak membutuhkan terlalu banyak ” networking”. Sedangkan pada saat  mereka harus masuk dunia bisnis atau usaha yang membutuhkan kerjasama,  mereka akan menjadi canggung atau kebingungan. Karena tidak terbiasa dengan pola sistem kerjasama. Jadi salahsatu solusi jika kita ingin jadi  pemimpin maka kita harus mampu mendelegasikan kepercayaan itu kepada orang lain.Bagaimana caranya ? Dengan mengajari tim kita, sehingga mampu mencapai target yang kita harapkan.

Kedua, seorang yang memiliki kecerdasan atau IQ yang  tinggi, ‘biasanya’ memiliki EQ yang rendah.  Sehingga kesulitan untuk membangun komunikasi, maupun lobby. Padahal kemampuan  lobby itu tergantung pada kemampuan berkomunikasi. Dan ilmu komunikasi bisa berjalan dengan baik selama kita bisa merendahkan hati kita. Tidak Sombong alias sok sok an.  Sering kita melihat beberapa pengusaha besar  selevel almarhum Bob Sadino , hanya menggunakan celana pendek saja di peternakannya. Sampai sampai tidak bisa dibedakan mana bos, mana karyawan. Temanku yang seorang pengusaha pemilik banyak supermarket, ketika bertemu denganku hanya menggunakan kaos murahan, celana kedodoran, bersandal jepit  dan bermobil biasa biasa saja. Padahal jika dia mau membeli lamborghini, aku yakin dia sangat mampu. Tapi tidak dilakukannya.” saya dulu hidup sangat susah, sehingga SD pun, tidak tamat. Untuk makan, kami sekeluarga harus menunggu mobil pengangkut beras yang lewat. Kami tunggu butiran yang jatuh. Kami kumpulkan , beras bercampur pasir dan tanah, untuk diayak dan dibersihkan lagi di rumah. Baru kami makan bersama dengan 6 saudara lainnya”.Begitu salah satu sharing beliau padaku.  ” Saya sadar kalau tidak punya ilmu yang tinggi. Makanya , saya berkawan dengan orang pintar. Kalau ada rapat, diskusi, seminar atau sekedar ngopi saja, biasanya saya  mengundang mereka ( para tokoh yang berpredikat profesor,  Doktor, dokter, insinyur bahkan jendral sampai menteri).  Saya libatkan dalam  kegiatan tersebut, sembari membangun lobby dan network dengan mereka.Tapi saya hanya duduk dan DIAM.  Mendengarkan apa yang mereka sampaikan, menyerap ilmu dan pengalaman mereka. Adakalanya kita perlu diam mendengarkan dan mengambil ilmu dan pelajaran melalui persahabatan atau persaudaraan yang memberikan keberkahan” Sambungnya.  Ketika berbicara tentang gengsi dan popularitas yang membanggakan  hal yang bersifat duniawi maka disitulah kegagalan  untuk menjadi seorang pemimpin. Karena kita menjadikan sarana sarana duniawi sebagai target tapi bukan sebagai alat. Dan ketika hal tersebut  sudah di dapatkan maka dalam hati muncul kesombongan, ujub, taqabbur. Dan inilah titik mulai terjadinya kegagalan sebagai seorang pemimpin.

Ketiga, orang cerdas biasanya sangat perhitungan. Segalanya dihitung dengan cermat dan teliti.Padahal dalam dunia usaha, keputusan yang cepat , menjadi salahsatu trigger keberhasilan. Karena kesempatan tidak datang dua kali.Tapi hati hati, jika cepat mengambil keputusan tanpa didukung pendidikan, pengalaman dan intuisi. Maka kegagalan pun yang akan terjadi.Apakah intuisi itu.Silahkan disimak Penjelasan muhasabah dokterGeJe.

Oleh : Hisnindarsyah Dokter Geje

Related posts